Jumat 17 Jan 2014 14:40 WIB

Semarak Islam di Hong Kong

Para TKI di Hongkong
Foto: Dompet Dhuafa
Para TKI di Hongkong

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Pemerintah mulai memberikan perhatian yang cukup pada kebutuhan umat Islam.

Suara azan mengalun merdu dari sebuah masjid di Nathan Road, Hong Kong. Azan tersebut diserukan imam dari masjid tersebut, yaitu Ahmed Cheung Wong Yee atau yang dikenal sebagai Imam Cheung.

Saat itu hari Jumat, siang hari. Bersamaan dengan suara azan, mulai berdatanganlah laki-laki Muslim yang akan menjadi jamaah shalat Jumat.

Meski daerah ini merupakan wilayah bisnis yang padat, pada waktu tersebut, para laki-laki rela menanggalkan pakaian kerja mereka dan berganti dengan pakaian yang layak untuk dipakai shalat.

Beberapa wanita Muslim juga terlihat berada di dekat masjid sambil melantunkan ayat-ayat Alquran. Setelah iqamat dilantunkan, shalat Jumat pun dimulai.

Ini merupakan sekelumit cerita aktivitas kaum Muslim yang tinggal di Hong Kong. Meski menjadi minoritas karena jumlahnya hanya sekitar 250 ribu jiwa, umat Islam diberikan kebebasan untuk melakukan ibadah.

Hong Kong merupakan kota metropolis dan merupakan wilayah yang terpisah dari daratan Cina serta lama berada di bawah kekuasaan Inggris. Hingga akhirnya pada 1997, Inggris menyerahkan kedaulatan Hong Kong kepada Cina.

Laman Islamonline menuliskan Muslim telah mendiami Cina sejak seribu tahun lalu. Islam dibawa oleh para pedagang Arab yang melakukan perdagangan melintasi jalur sutra, jalur perdagangan yang menghubungkan Cina dengan dunia Barat.

Khusus di Hong Kong sendiri, Muslim banyak yang datang bersamaan dengan kedatangan koloni Inggris yang menjadikan wilayah ini sebagai basis dagang East India Company.

Untuk menjaga kawasan Hong Kong, Inggris mempekerjakan tentara yang berasal dari India yang kebanyakan adalah Muslim.

Islam ternyata menarik perhatian penduduk setempat. Jumlah penganut Islam pun semakin banyak. Orang Cina di daerah ini yang kemudian memutuskan untuk masuk Islam dikenal dengan nama Hui.

Kini, Muslim di Hong Kong sebagian besar merupakan orang Cina asli. Selain itu, juga ada Muslim yang berasal dari warga pendatang, seperti Pakistan, Malaysia, Filipina, Arab, Afrika, dan negara lainnya. Juga banyak yang merupakan keturunan campuran antaretnis.

Masyarakat Indonesia sendiri menyumbangkan jumlah yang lumayan banyak dalam komunitas Muslim. Kebanyakan dari mereka adalah para TKI yang mencari peruntungan hidup di sana sebagai pekerja rumah tangga.

Mereka menyebut diri mereka sebagai Buruh Migran Indonesia (BMI). Jumlahnya tak kurang dari 120 ribu orang. Kegiatan pengajian dan aktivitas Islami lainnya sering digelar sembari bersilaturahim.

Antropolog dari Chinese University, Hong Kong, Paul O'Connor dalam bukunya Islam in Hong Kong: Muslims and Everyday Life in China's World City yang terbit pada 2012, menjelaskan masyarakat Hong Kong yang mayoritas memeluk agama lain selain Islam sangat toleran.

“Mereka yang akan berjualan daging babi tidak akan melalui jalan yang banyak didiami oleh orang Islam sebagai bentuk saling menghormati,” tulisnya.

Mayoritas penduduk Hong Kong beragama Buddha, Tao, dan Konghucu. Agama lain yang menjadi minoritas, seperti Kristen, Yahudi, Sikh, dan Hindu, juga punya penganut di sini.

Menurut laman Islam.org, sekitar 1850-an, Muslim di Hong Kong mulai membantuk organisasi yang resmi yang kemudian diakui oleh Pemerintahan Inggris pada saat itu. Organisasi tersebut adalah Badan Wakaf Komunitas Islam (Incorporated Trustees of the Islamic Community Fund).

Organisasi Muslim ini kemudian menunjukkan tajinya yang akhirnya bisa membangun beberapa tempat ibadah secara resmi di wilayah ini. Sebelumnya, Muslim di Hong Kong menggelar shalat berjamaah di tempat terbuka di pinggir jalan saja.

Lahan pertama yang diubah menjadi masjid adalah yang berada di Jalan Shelley Nomor 30. Di kawasan elite ini, sebuah masjid kecil dibangun pada 1890, kemudian diperluas dan direnovasi lagi pada 1905. Masjid yang diberi nama Masjid Jami'a ini menjadi yang tertua di Hong Kong.

Lahan lain kemudian juga disiapkan untuk pemakaman Muslim yang terletak di daerah Happy Valley. Dibangun pula sebuah masjid kecil di dekatnya. Pemakaman Muslim lain juga dibuat di Cape Collinson.

Di Hong Kong, kita bisa menemukan beberapa masjid besar lainnya. Antara lain, Masjid Ammar dan Islamic Center Osman Ramfu Sadick di Oi Kwan Road, serta Masjid Stanley. Hanya di masjid-masjid inilah suara azan bisa diperdengarkan.

Daerah Kowloon dulu biasa dipakai untuk beribadah para tentara Muslim yang berasal dari India. Mereka tinggal di barak militer Whitfield yang kini dijadikan Kowloon Park.

Di tempat ini kemudian dibangun pula sebuah masjid yang dikenal dengan Masjid Kowloon lengkap dengan Islamic center di sana yang dibangun pada 1984.

Tak hanya masjid, di sini juga dibangun perpustakaan, tempat pendidikan membaca Alquran, juga taman kanak-kanak.

Imam Cheung kini menjadi imam besar Masjid Kowloon. Menurutnya, meski Muslim menjadi minoritas di Hong Kong, pemerintahnya mulai memberikan perhatian yang cukup pada kebutuhan Muslim. “Misalnya, kini mereka menyediakan daging halal yang disembelih sesuai dengan hukum Islam,” ujarnya.

Cheung merupakan salah satu imam yang punya kontribusi besar bagi pengembangan ajaran Islam di kota yang dulunya merupakan koloni Inggris ini. Ia dibesarkan dan belajar di kawasan Cina Selatan dekat pelabuhan Guangzhou atau yang dikenal sebagai Kanton.

Ia menjadi imam mengikuti jejak ayah dan kakeknya yang merupakan seorang imam juga. Meski kini usianya telah lanjut, Imam Cheung masih setia mengabdikan diri untuk berdakwah di jalan Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement