REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amri Amrullah
Generasi muda Qurani diharapkan menjadi benteng perbaikan bangsa.
BOGOR — Pesantren Quran Indonesia menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II di Wisma Arga Mulya Kemendikbud, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Rakernas II yang berlangsung 28-30 Desember 2013 ini membahas lemahnya generasi muda yang Qurani di Indonesia.
Menurut Direktur Pesantren Quran Indonesia Ustaz John Edy Rachman, lemahnya generasi muda Qurani Indonesia ditunjukkan dengan bangsa ini yang terus dililit berbagai masalah moral.
“Perilaku elite politik yang korup, pejabat negara yang gemar berutang sampai masalah moralitas kehidupan sosial kebangsaan,” ujarnya, Senin (30/12).
Rakernas II ini, kata dia, merupakan forum nasional yang mempertemukan sejumlah pesantren yang fokus pada pendidikan Alquran.
Baik dari sisi tahfiz dan ilmu-ilmu Alquran lain, termasuk pembentukan generasi muda yang mampu menerjemahkan Alquran dalam kehidupan sosial, ekonomi, berbangsa, dan bernegara dalam bingkai keindonesiaan.
Rakernas II Pesantren Quran Indonesia ini dihadiri pula oleh berbagai utusan organisasi Pemuda Penghafal Quran Indonesia (PPQI), Persatuan Taekwondo Eltahfidh Indonesia (PTEI), Majelis Pesantren dan Ma’had Dakwah Indonesia (Mapadi).
Peserta yang hadir pada Rakernas ini berjumlah 120 peserta. Masing masing berasal dari Bogor, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Lampung, Bengkulu, Palembang, Padang, Medan, Aceh, Lombok, Kalimantan, dan Makassar.
Edy Rachman mengungkapkan, Rakernas II itu juga bertujuan penguatan sumber daya manusia Muslim, penguatan struktur organisasi, finansial ,dan optimalisasi jaringan.
Harapannya, kata dia, penguatan ini dapat memberi kontribusi bagi perbaikan akhlak bangsa Indonesia. “Dengan rakernas ini sesungguhnya kami ingin turut berkontribusi bagi pembangunan akhlak sumber daya manusia Qurani Indonesia,” ujar pria yang biasa disapa Ustaz John itu.
Dalam pertemuan nasional tersebut, hadir sejumlah tokoh nasional dunia pesantren, pengasuh pesantren, dan intelektual muda Muslim. Di antaranya, KH Muslih Abdul Karim, Marwah Daud Ibrahim, Ahmad Arham, Zaenal Hasyim, Ubedilah Badrun, dan Muhammad Ilyas.
Menurut KH Muslih, gagasan dalam rakernas ini sangat penting dan strategis jika merujuk pada konsep silaturahim dan konsep sukses menurut Islam. “Gagasan-gagasan silaturahim harus mampu diterjemahkan aktivis Islam dalam kehidupan sosial berbangsa,” ujar Muslih.
Ia juga mengemukakan, kesuksesan perjuangan pesantren ditentukan oleh sejauh mana para penggerak pesantren itu memiliki keteguhan, intensitas zikir, tidak berselisih, sabar, dan ikhlas dalam menjalankan amanah.
Termasuk, agenda penting Rakernas II merupakan pembentukan generasi bangsa yang mampu menerjemahkan Alquran secara tepat, tahfiz, sesuai dengan kondisi ekonomi, dan sosial kemasyarakatan.
Salah seorang peserta dari Simalungun, Medan, M Yasin, mengatakan rakernas ini perlu membawa kemanfaatan bagi kalangan pesantren Quran di daerah. “Semoga rakernas kali ini sukses dan berhasil menelurkan program kreatif untuk turut berkontribusi bagi bangsa Indonesia,” ujarnya.