REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Merayakan akhir tahun sesungguhnya tidak pernah diberikan contoh semasa Rasulullah hidup. Namun pada masa kini perayaan tahun baru masehi dengan mengadakan kegiatan semacam zikir maupun muhasabah dinilai sebagai satu hal yang diperlukan untuk memberi alternatif kegiatan yang lebih Islami.
''Kalau melihat zaman sekarang, kita sudah begitu terbiasa merayakan tahun baru. Sekarang ini justru semakin condong negatif seperti konvoi di jalanan, minum-minuman keras yang berujung pada free sex dan tawuran. Nah saya rasa perayaan tahun baru seperti yang dilakukan Republika dengan dzikir nasional-nya itu menjadi alternatif positif,'' kata ustadz Erick Yusuf, salah satu pengelola kolum Celoteh Kang Erick di Republika Online baru-baru ini.
Untuk menyambut pergantian tahun kali ini, Erick akan menjadi salah satu pengisi acara pada gawean tahunan Republika bertajuk Dzikir Nasional. Kegiatan yang akan dilakukan di Masjid At-Tiin Jakarta itu, dinilai oleh Erick, sebagai jawaban atas penyakit di tengah masyarakat yang condong melakukan hal negatif dalam menyambut tahun baru. ''Kegiatan semacam itu menjadi jawaban.''
Pria yang juga aktif sebagai musisi ini menjelaskan perayaan tahun baru Islam sebenarnya baru muncul pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Walau sebagian ulama sempat mengkritik perayaan tahun baru, menurut Erick, kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk muhasabah maupun zikir menjadi satu kebutuhan yang dilakukan pada masa kini.
Erick juga menambahkan perayaan tahun baru secara Islami tentunya perlu juga dipikirkan untuk bisa merekrut kaum muda. Ia menyadari acara yang umumnya banyak orangtua, biasanya kaum muda menjadi agak risih untuk turut serta. ''Nah tentunya perlu juga dipikirkan entertainment kreatif seperti workshop, nasyid maupun kegiatan entertainment lainnya yang dibungkus secara Islami,'' ujarnya