Kamis 26 Dec 2013 14:30 WIB

Presiden Partai Islam se-Malaysia Temui Din Syamsuddin

Rep: Amri Amrullah/ Red: Citra Listya Rini
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin
Foto: ROL/Agung Sasongko
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Partai Islam se-Malaysia (PAS), Dato' Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang dalam lawatannya ke Indonesia tidak lupa mengunjungi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kedatangan Presiden PAS ini disambut langsung Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Kunjungan ini merupakan bagian dari serangkaian lawatan PAS ke Indonesia dalam rangka mempererat silahturahmi dan ukhuwah sesama muslim antarbangsa. Sebelumnya Dato' Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awangsudah menemui Ketua Umum PBB Yusril Iza Mahendra, Presiden PKS Anis Mata.

Dalam kunjungannya Presiden PAS mengungkapkan sejarah bangsa Malaysia tidak bisa terlepas dari peran dan kontribusi bangsa Indonesia. "Terutama dalam memperjuangkan kemerdekaan negaranya dari kolonial Inggris, khususnya orang-orang yang berasal dari Bugis, Minang dan Jawa," katanya.

Selain itu, keduanya juga secara khusus mendiskusikan kondisi politik dan Islam di kedua negara, dimana Presiden PAS mengapresiasi demokrasi di Indonesia yang dinilainya lebih demokratis dibandingkan Malaysia. Namun, ia mengingatkan agar umat Islam di Indonesia tetap bersatu dalam kondisi yang majemuk dan plural yang sangat rentan terpecah jika tidak bersatu.

Din mengatakan Muhammadiyah hadir sebelum negara ini berdiri, tetap berkomitmen dalam kebhinekaan di Indonesia. Selain itu juga diungkapkan bahwa Muhammadiyah tidak memiliki hubungan struktural ataupun afiliasi terhadap partai politik tertentu.

Namun, Muhammadiyah memberikan keleluasaan bagi setiap kader untuk berpolitik. "Ini terlihat dari banyaknya kader-kader Muhammadiyah yang menduduki jabatan strategis di partai politik maupun lembaga negara." Din mengingatkan umat Islam kedua negara Indonesia-Malaysia saat ini terbuai dan terjebak mitos mayoritas. 

Sayangnya, kata Din, Islam yang mayoritas tersebut tidak bisa merepresentasikan dan membawa Islam dalam mendominasi kebijakan politik dan ekonomi. Karenanya Din berpesan agar umat Islam kedua negara bersatu menghadapi persoalan bangsa di bidang ekonomi, budaya, dan sosial dengan pola pikir yang modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement