REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pembina dan pengasuh Pondok Pesantren Modern Shohwatul Is'ad, Pangkep, Sulawesi Selatan, Drs H Masrur Makmur La Tanro MPdI mengemukakan, pondok pesantren harus mandiri dalam membiaya kegiatannya. Caranya adalah dengan memberdayakan potensi yang ada di pondok pesantren, selain menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain dengan prinsip saling menguntungkan.
"Kalau pengelola pondok kreatif, pasti bisa melakukan hal itu," kata Masrur di Denpasar, Kamis (12/12).
Hal itu dikemukakan Masrur dalam pemaparannya pada acara Rapat Koordinasi Pondok Pesantren se Bali. Kegiatan digelar Bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Kemenang Provinsi Bali.
Dikatakan Masrur, pondok pesantren yang dibinanya, sudah berhasil melakukan hal itu dan karena itu pula, pihaknya telah menggratiskan para santri yang menuntut ilmu di pondok Showatul Is'ad. Tapi akunya, ada juga keluarga santri yang ingin membayar dan itu tidak ada masalah.
Di areal pondok pesantren dengan luas 13 hektar lebih, pihaknya telah mengembangkan kegiatan pertanian, dengan menanam jeruk, rambutan dan sejumlah tanaman lainnya. Di tempat itu juga dibuatkan peternakan ayam dengan sistem tumpang sari dengan ikan lele. "Sebulan kami bisa menghasilkan Rp 70 jutaan dan itu cukup untuk membiayai kegiatan pondok pesantren dengan 350 orang santri," katanya.
Menurut Masrur, dengan adanya kegiatan pertanian itu, selain bisa membiayai kegiatan pondok pesantren, pengelola pondok pesantren bisa melatih anak-anak untuk berkebun dan beternak. Sehingga kelak, setelah mereka menamatkan pendidikan dari pondok pesantren, mereka bisa hidup secara mandiri, tanpa tergantung kepada pihak lain.
"Jadi intinya pesantren harus bisa mandiri dan juga harus bisa memandirikan para santrinya," kata pengusaha yang juga ketua Yayasan Edukasi Sejahtera Insan Cendekia Bumi Serpong Damai itu.