Selasa 26 Nov 2013 15:01 WIB

Kekuatan Baznas Daerah Belum Merata

Rep: amri amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
Logo Baznas.
Foto: blogspot.com
Logo Baznas.

REPUBLIKA.CO.ID,

Baru sedikit Baznas daerah yang dijalankan tenaga-tenaga muda.

JAKARTA — Kekuatan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) daerah yang tersebar di seluruh Indonesia belum merata. Ketua Umum Baznas Didin Hafidhuddin mengatakan, dari Baznas yang ada di 33 provinsi, baru 12 hingga 15 yang mampu menggerakkan zakat dengan baik.

Ia menyebut sejumlah Baznas daerah yang sudah masuk kategori bagus. Di antaranya, Baznas DKI Jakarta yang setiap tahun mampu menghimpun dana sebesar Rp 80 miliar, Aceh Rp 50 miliar, dan Jawa Barat Rp 40 miliar.

Selain itu, ada Baznas Banten yang dapat menghimpun hingga Rp 30 miliar. Baznas lainnya, yaitu Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. “Namun, rata-rata setiap Baznas bisa meraih Rp 10 miliar,” kata Didin, Senin (25/11).

Ia mengatakan, kondisi yang beragam ini bergantung pada iktikad setiap pemerintah daerah. Ada pemerintah daerah yang memang peduli dengan penggalangan dan pemberdayaan zakat. Mereka menggerakkan pegawai pemerintah untuk membayar zakat.

Mereka, kata Didin, juga memfasilitasi setiap program penggalangan dan pemberdayaan zakat. Ada pula pemerintah daerah yang sama sekali tak peduli. Mereka membiarkan begitu saja keberadaan Baznas. Hal lain yang memberikan pengaruh adalah sumber daya manusianya.

Masih banyak Baznas yang dijalankan oleh tenaga-tenaga yang tak lagi muda. Mereka orang-orang tua. Ini membuat lembaga tersebut tak bisa bergerak lincah. Tak ada inovasi dan gebrakan. Lain kalau Baznas daerah ini sarat tenaga muda.

Misalnya, ujar Didin, Baznas Jawa Timur. Mereka yang menggerakkan Baznas masih muda. Sehingga, para pengelola semangatnya tinggi dan siap menjalin kerja sama dengan siapa saja. Mereka menggandeng Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan institusi lain.

Didin mengatakan, rapat koordinasi Baznas yang digelar di Jakarta, dari 23-25 November bisa memberi masukan bagi Baznas daerah. Ia ikut dalam rapat ini. Didin menyampaikan sejumlah masukan bagi Baznas yang bergerak di daerah-daerah.

Menurutnya, ke depan hal yang harus menjadi perhatian adalah sumber daya manusia (SDM). Ia berharap tenaga-tenaga muda masuk agar ada darah segar penghimpunan zakat di daerah. Selain itu, mesti ada sistem teknologi informasi yang lebih baik.

Didin juga mengharapkan adanya data mustahik yang akurat di setiap daerah. “Kami ingin misalnya, data mustahik di Jawa Barat bersifat perinci. Ada nama juga alamat lengkapnya.” Ia mengaku perlu dana besar untuk mendapat data mustahik semacam itu.

Didin menambahkan, tahun ini dana zakat yang terkumpul melalui Baznas sekitar Rp 2 triliun. Targetnya mencapai Rp 3 triliun. “Kami akan berusaha menjemput zakat bukan menunggu,” katanya. Edukasi serta penguatan pengelola zakat menjadi kunci.

Direktur Indonesia Magnifence of Zakat (IMZ) Nana Mintarti mengatakan, SDM memang menjadi kendala dalam pengembangan Baznas daerah. Ia menuturkan, tak semua Baznas daerah digerakkan oleh tenaga full time.

Keadaan tersebut menghambat pengembangan Baznas. Idealnya, para personelnya memiliki waktu penuh di sana. Dengan demikian, mereka optimal mengembangkan program. Baik dalam penghimpunan maupun pemberdayaan zakat.

Selain itu, semua biasanya bergantung pada kebijakan pemerintah daerah masing-masing. Bila pemerintah daerah mendukung penuh, Baznas akan berkembang dengan baik. Sebaliknya, jika tak ada dukungan penuh maka semuanya stagnan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement