REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG — Pemerintah akan meluncurkan 27 ribu laman dakwah di pondok pesantren seluruh Indonesia. Kementerian Agama serta Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama mewujudkannya.
Laman-laman itu diharapkan dapat membendung laman negatif yang mudah diakses publik. “Dalam waktu dekat, kami meluncurkan laman dakwah di 27 ribu pesantren,” kata Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Mamad Salamad.
Ia menyatakan hal tersebut seusai peresmian Sekolah Tinggi Suffah Alquran Abdullah bin Masud di kompleks Ponpes Alfatah di Natar, Lampung Selatan, Selasa (19/11). Kehadiran laman ia yakini akan berdampak bagus sebab bisa menjadi alternatif.
Pelajar atau publik yang memakai internet dapat membuka laman-laman dakwah ini. Ia menuturkan, berdasarkan pengalaman Kementerian Komunikasi, sekali menghapus laman negatif tak lama kemudian bermunculan laman negatif lainnya. Bahkan, sampai ribuan.
Karena itu, kehadiran laman dakwah sangat penting. Nantinya, kata Mamad, teknisnya dilakukan Kementerian Komunikasi sedangkan konten digarap Kementerian Agama dan warga pesantren. “Kami ingin setiap pesantren mempunyai laman dakwah sendiri.”
Menurut dia, peran pesantren sangat penting, yakni tempat transfer, pelestarian, dan pengembangan ilmu Islam. Pesantren juga merupakan sarana untuk melahirkan ulama dan cendekiawan Muslim. Sekolah lain tak dapat diandalkan untuk mencetak para ulama.
Mamad mengatakan, pesantren pun mampu mengubah masyarakat secara ekonomi dan sosial. Kemarin, Sekolah Tinggi Shuffah Alquran Abdullah bin Masud Online (SQABM) resmi dibuka. Pembelajaran dilakukan secara klasika maupun online.
Ketua Yayasan SQABM Yakhsyallah Mansur, sekolah tinggi Alquran dengan pembelajaran secara online, ini merupakan yang pertama di Indonesia. Yayasan bekerja sama dengan PT Telkom Regional Lampung. Dengan sistem online, belajar berlangsung selama 24 jam.
Bahkan, proses belajar memungkinkan diikuti orang di seluruh dunia. Bahasa komunikasi yang digunakan adalah Indonesia, Inggris, dan Arab. Menurut Yakhsyallah, pemilihan nama suffah merujuk pada nama pendidikan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan, Abdullah bin Masud dipilih dengan tujuan agar umat Muhammad dapat meneladani salah seorang sahabat Nabi ini. Sekolah tinggi ini akan menghasilkan alumni yang hafal Alquran 30 juz, mufassir, mujahid, dai, dan pengamal Islam kafah.
Kurikulum yang mereka gunakan berbasis kompetensi mahasiswa. “Sistem belajar online dan reguler ditempuh selama delapan semester atau empat tahun,” kata Yakhsyallah. Setiap semester mahasiswa wajib hafal Alquran lima juz.
Lebih lanjut Yakhsyallah mengungkapkan, tenaga pengajar berasal dari Indonesia dan luar negeri, seperti Malaysia, Palestina, dan Sudan.