Senin 04 Nov 2013 03:00 WIB

Dakwah Islam dan Seekor Lalat

Rep: Ahmad Baaras/ Red: Agung Sasongko
Lalat
Foto: www.kaheel7.com
Lalat

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Seperti halnya ciptaan Allah yang lainnya, seekor lalat ternyata punya arti penting dalam dakwah Islam. Karena seekor lalat bisa berbicara dan membuktikan kebenaran ajaran Islam.

Hal itu diungkapkan Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Prof Dr Ir H Ika Rochdjatun Sastrahidayat di Denpasar, Bali, Ahad (2/11). Dia menyebutkan dalam satu hadits Rasulullah SAW dikatakan bahwa bila ada lalat yang hinggap dan menempelkan sayap kirinya pada minuman kita, maka celupkanlah sayap yang satunya lagi. Karena pada sayap kiri lalat terdapat bakteri atau penyakit, sedangkan pada sayap kanannya terdapat obat atau penawarnya.

Terlepas dari hadits itu soheh atau dhoif, kata Ika, dia kerap terusik dengan hadits nabi yang sudah didengarnya sejak dia masih duduk di bangku SMA. Karenanya, ketika salah seorang mahasiswa S1-nya hendak melakukan penelitian, dia menyarankan agar meneliti lalat. Karena Ika mengajar di fakultas pertanian dan penelitian bakteri adalah bagian dari kegiatan fakultas kedokteran, maka dia meminta agar mahasiswanya melakukan penelitian di lab milik fakultas kedokteran.

Sayap lalat dipotong-potong dan dipisahkan antara sayap kiri dan kanan. Saat diperiksa di laboratorium, ternyata sayap kiri lalat mengandung sejumlah bakteri dan di sayap kanannya terdapat jamur-jamur yang kemudian bisa menjadi antibiotik.

"Ini pelajaran dari Rasulullah, milik Islam, tapi yang kemudian mengembangkan dan memanfaatkannya adalah orang-orang Barat," kata Ika dalam acara pengajian Ahad pagi di Masjid Baitul Makmur Denpasar.

Islam memang harus dipahami dengan ilmu, dengan akal. Karena itu, sebut Ika, semakin berkembang ilmu pengetahuan, semakin dapat membuktikan kebenaran-kebenaran ajaran Islam. Sebagaimana halnya seekor lalat yang begitu bermakna dalam membuktikan kebenaran ajaran Islam.

Menurut Ika, bila seseorang mengkaji Islam dengan benar, maka untuk memahami kandungan satu ayat saja tidak cukup waktu seumur hidupnya. Sebaliknya sekarang ini kebanyakan orang belajar Islam hanya sekedar mebaca permukaannya atau kulit luarnya saja. "Islam itu harus dipelajari dengan ilmu, dengan dasar-dasar pengetahuan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement