REPUBLIKA.CO.ID,
Lembaga zakat perlu mendukung kaderisasi dai di daerah.
JAKARTA — Program pengembangan dai di daerah terpencil dan pedalaman yang digagas oleh beberapa organisasi dakwah Islam, dinilai masih belum mendapatkan dukungan pendanaan dari lembaga zakat dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Menurut Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Satori Ismail, program pengembangan dai di daerah terpencil, seperti yang dilakukan Ikadi, selama ini masih mengandalkan bantuan dan dukungan dana dari sponsor.
“Program pendidikan dai untuk pedesaan kita juga belum pernah mendapat dukungan dana dari lembaga zakat atau Baznas. Kita harapkan lembaga zakat pusat maupun daerah ke depan dapat mendukung,” ujarnya, Senin (21/10).
Belum adanya dukungan lembaga zakat dengan pendanaan pendidikan calon dai menuntut Ikadi harus bekerja keras mencari sponsor bagi calon dai di daerah.
Kebijakan program dai dari Ikadi, yakni mengambil putra daerah, untuk kemudian disekolahkan ke jenjang pesantren atau strata satu (S-1) di Jawa.
Setelah lulus dengan memiliki ilmu keagamaan yang mumpuni, Ikadi kemudian mengembalikan mereka ke daerah dengan catatan harus menjadi pendakwah di daerah asalnya.
“Standar kita, selain dai muda berkemampuan agama mumpuni, mereka juga harus menyebarkan Islam yang moderat dan mampu menjawab masalah keumatan,” kata Satori.
Untuk membantu pendanaan calon dai, selama ini Ikadi masih bekerja sama dengan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) yang memiliki program serupa dan telah mendapat dukungan dari Baznas.
Namun, kata dia, program dai pedesaan ini juga sering disalahartikan. Misalnya, setelah calon dai mendapatkan beasiswa bersekolah di Jawa, yang bersangkutan tidak mau kembali berdakwah di daerahnya. Mereka sudah menikmati suasana kota besar di Jawa.
Di sisi lain, menurut Satori, dai yang sudah jadi di daerah sering terjebak politik praktis karena masalah ekonomi.
“Karenanya, bantuan dana dari lembaga zakat ini sangat baik untuk mendukung kualitas kaderisasi dai dan mencegah beralihnya para dai ke partai politik,” ujarnya.
Wakil Sekretaris Baznas M Fuad Nasar mengatakan, pada prinsipnya Baznas telah berkomitmen mencetak 1.000 dai muda sebagai program unggulan.
Namun, ia mengakui, kerja sama kaderisasi dai muda dengan program beasiswa calon dai ini baru terlaksana dengan satu organisasi Islam, yakni DDII.
Dengan kata lain, Fuad menegaskan, masih banyak peluang kerja sama kaderisasi dai melalui program pendidikan Baznas yang terbuka lebar.
“Kita sudah merencanakan akan berkoordinasi dengan beberapa organisasi Islam yang fokus menghadirkan dai di beberapa pelosok di Tanah Air.”
Meski selama ini program kaderisasi ulama Baznas masih terpusat di Jakarta dan sekitarnya namun lembaga zakat itu menginginkan adanya kerja sama magister dan doktor yang dihasilkan dari beberapa perguruan tinggi Islam.
Ini akan dapat mengisi kebutuhan tenaga dakwah di berbagai wilayah Tanah Air sesuai daerah asal para calon dai. Cara tersebut telah meningkatkan keikutsertaan calon dai muda dari berbagai ormas Islam.
Termasuk, peningkatan kapasitas dan potensi individual dari setiap calon penerima beasiswa tanpa membedakan dari lingkungan mana mereka berasal.