REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa
Hari masih pagi, suasana begitu hening. Seorang pria berdiri di sebuah tanah lapang yang luas. Tak ada siapapun disana kecuali pria itu. Ia sendiri ditengah kesunyian, tak ada suara apapun.
Ketika tengah asik menyendiri, pria itu tiba-tiba mendengar suara dari langit. Angkasa menggelegar menyampaikan sebuah perintah. “Berilah air pada kebun milik Fulan!” seru suara itu.
Lalu tiba-tiba, awan segera berkumpul kemudian bergerak menuju suatu kawasan berbatu hitam. Ketika tiba di sebuah kebun, gerombolan awan itu pun menumpahkan isinya. Saluran air segera menampung curahan hujan itu.
Pria itu pun penasaran. Ia kaget mendengar perintah langit yang segera dilaksanakan awan. Segera, pria itu menuju kemana awan-awan itu membawa hujan. Ia pun menemukan saluran air telah penuh akibat hujan dari awan tersebut. Ia segera mengikuti kemana asaluran itu mengalir.
Setelah mengikuti alur air, ia menemukan sebuah kebun. Disana terdapat seorang pria yang tengah mencangkul lahan. Tukang kebun itu bergembira membuat aliran air yang telah diisi hujan itu agar mengairi seluruh kebunnya.
Pria itu pun mendekati si tukang kebun. Ia penasaran siapakah yang disebut oleh suara langit yang barusaja ia dengar. “Wahai hamba Allah, siapakah namamu?” tanya pria itu kepada si tukang kebun.
“Nama saya Fulan,” jawab si tukang kebun. Pria itu pun terkejut. Rupanya ia lah yag disebut di angkasa. Giliran si tukang kebun yang oenasaran, siapakah pendatang yang tiba-tiba menanyakan namanya. “Wahai Hamba Allah, mengapa Anda bertanya nama saya?” tanyanya.
Pria itu pun menjalaskan, “Sebetulnya saya mendengar suara dari lanagit yang kemudian memerintahkan awan agar memberikan air kepada anda. Apa yang anada lakukan pada kebun ini hingga mendapat keistimewaan luar biasa seperti itu?” tanyanya penasaran sekaligus kagum.
Si tukang kebun pun tak tahu menahu. Ia hanya bisa bersyukur. Namun kemudian si tukang kebun ingat sesuatu. Ia pun berkata pada pria itu, “Sebetulnya, saya selalu memperhatikan apa yang dihasilkan kebun ini. Setiap panen, maka saya menyedekahkannya sepertiga, sepertiga lain saya makan bersama keluarga dan sisanya untuk modal menanam kembali,” tuturnya.
Mendengarnya, pria itu pun tersenyum. Pants saja langit memihak si tukang kebun, karena ia merupakan hamba Allah yang sangat murah hati dan gemar bersedekah. Baik si petani dan pria itu pun kemudian bersyukur dan mengambil ibroh dari pengalaman itu.
Kisah suara langit tersebut dikkabarkan oleh Rasulullah melalui haditsnya dari Wahb bin Kaisan sampai kepada Abu Hurairah, riwayat Imam muslim. Kisah tersebut menunjukkan keutamaan sedekah dan balasan yang diterima.
Dalam Surah Ibrahim ayat 7 Allah berfirman, “Bila kalian bersyukur tentu akan Aku tambah untuk kalian”. Rasulullah juga pernah bersabda, “Jagalah Allah, tentu Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, tentu akan dapati Dia di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika dalam keadaan lapang, tentu Dia akan mengenalimu ketika engkau dalam keadaan sulit.”