Rabu 02 Oct 2013 16:48 WIB

Pesona Islam di Kota Turin

Kota Turin, Italia
Foto: .anyairportcarhire.com/
Kota Turin, Italia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa

Di negeri para uskup, Italia, Islam tersebar luas dan terus berkembang. Jika di masa lalu muslimin hanya terpusat di bagian selatan Italia dekat Sisilia, maka sekarang ini muslimin tersebar di setiap penjuru negara.

Sekitar 55persen muslim justru memilih tinggal di Italia Utara , 25 persen di Pusat , dan hanya 20 persen di Selatan. Salah satu kota di Italia Utara yang memiliki cukup banyak penduduk muslim yakni Kota Turin.

Berdasarkan data statistik PEW Forum, muslim Italia berjumlah sekitar 36 ribu jiwa. Jumlah yang masih sangat minim, atau dibawah satu persen, dibanding total penduduk negara. Namun jika berdasarkan data dari laman Islam in Europe, jumlah tersebut terus meningkat tiap dekade.

Di tahun 2000, ada 600 ribu Muslim di Italia, kemudian di tahun 2009 terdapat lebih dari 1,3 juta muslim, dan saat ini jumlah muslim Italia mencapai angka lebih dari 1,5 juta jiwa. Diprediksi pada tahun 2030, jumlah muslimin di Italia akan mencapai 2,8 juta jiwa.

Adapun di Kota Turin, menurut Press Tv, jumlah muslimin sekitar 30 ribu jiwa atau sekitar 12 persen dari populasi kota. Dalam tayangan PressTV yang dapat disaksikan di Youtube tersebut, digambarkan pula kehidupan muslimin di Kota Turin. Mereka beraktivitas normal sebagaimana masyarakat umum yang mayoritas penganut nasrani. Para muslimah berhijab pun nampak bebas berjalan di jalanan umum dan pasar.

Reporter Press TV, Max Civilli mengabarkan, muslimin Turin tersebar di setiap penjuru kota terutama di kawasan multietnic area. Sehingga di area tersebut, muncul komunitas muslim yang membuat mereka nyaman seperti rumah sendiri. Pasalnya, banyak muslimin disana yang merupakan imigran. Meski berkewarganegaraan Italia, mereka datang dari negeri-ngeri muslim.

Turin Councillor for integration, Ilda Curti menuturkan, Kota Turin memang menjadi ruah banyak imigran. Sebagian besar imigran berasal dari Afrika Utara, China, Asia Selatan dan Filiphina. Jumlah mereka sekitar 20 ribu imigran, dengan 40 persen diantaranya merupakan usia muda yang lahir di kota tersebut. "Mereka lahir di Turin, tumbuh besar di turi dan sekilah di sekolah kita," ujarnya.

Dengan banyaknya imigran, maka pemerintah Kota Turin sangat menghargai toleransi. mereka berusaha melindungi setiap komunitas masyarakat, termasuk muslim. "Bagi sejarah Turin, kota ini layaknya laboratorium inovasi sosial," kata Curti.

Dengan toleransi tersebut, muslimin pun mendapatkan tempat yang nyaman disana. Mereka bebas membangun masjid dan menyekolahkan anak di sekolah Islam. Bahkan pendidikan Islam tengah diusulkan untuk masuk ke kurikulum sekoilah umum. Islamic Centre juga tersebar di penjuru kota. Sedikitnya terdapat delapan islamic centre yang menauni komunitas muslim di kota kelahiran Juventus tersebut.

Kendati demikian, muslimin Turin masih dihadang isu islamophobia. Alhasil, perizinan pembangunan masjid masih cukup sulit dilakukan. Apalagi sejak mencuatnya kabar seorang muslim italia, Abu Farid Al Masri yang menjadi pelaku bom bunuh diri yang menghancurkan gedung PBB di Baghdad pada tahun 2003. Sejak itu warga Itali, termasuk Turin selalu waswas terhadap keberadaan muslim.

Namun seperti di negara dan kota lain di Eropa, isu islamophobia juga justru membawa dakwah Islam makin berkembang di Turin. Jumlah mualaf terus meningkat tiap tahunnya. Baru-baru ini, muslim Turin juga telah berhasil mendapat perizinan untuk pembangunan masjid baru di kawasan Lingotto. Saat peresmian bulan Juli lalu tersebut, hadir wakil dari asosiasi Islam berbagai kota dan negara dekat.

Komunitas muslim Turin juga berkembang pesat. Banyak pula muslimin Turin yang bergabung di organisasi keislaman tingkat Italia. Turin juga seringkali menjadi tuan rumah konferensi Uni Masyarakat dan Organisasi Islam Italia (UCOII), organisasi yang menyatukan seluruh muslimin di Italia. Selain Kota Milan, Turin menjadi kota yang aktif dalam perkembangan dakwah Islam.

Tak hanya itu, dalam hal toleransi beragama, Turin juga rupanya dapat menjadi contoh kota-kota lain di Italia bahkan Eropa. Persatuan uskup Eropa pernah berkunjung bertemu komunitas muslim Turin. Mereka menawarkan sebuah hubungan baik dengan muslimin, enkulturasi progresif Islam di Eropa.

Tantangan

Kendati kehidupan muslim Turin cukup tenang dan nyaman, namun bukan berarti luput dari tantangan. Guru besar Sejarah Islam Universitas Turin, Farian Sabahi, menuturkan, hingga kini tak ada model spesifik di Turin, bahkan di Italia, untuk pemerintah menyikapi muslimin. Tak seperti negara Eropa lain, pemerintahan Italia belum menjadikan hal tersebut sebagai prioritas yang perlu dibahas.

 "Muslim dianggap menakutkan bagi Italia karena kebanyakan adalah orang miskin," ujar Sabahi.

Dengan status demikian, muslimin hanya akan dianggap sebagai penyebab kerusuhan dan akan menjadi objek kekerasan. Hal tersebut terbukti dari beberapa kasus yang makin marak terjadi. Selain itu masih ditemui pula pencegahan area strategis untuk lokasi pendirian masjid.

"Di beberapa kota Italia, khususnya di utara, politisi telah mengeksploitasi sentimen anti-imigran untuk menghadang pembangunanan tempat ibadah baru," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement