REPUBLIKA.CO.ID,
Arafah adalah tempat turunnya wahyu terakhir kepada Rasulullah SAW.
Di kaki bukit Jabal Rahmah terdapat sebuah mata air bernama Zubaidah. Mata air ini digunakan untuk memberi minum para jamaah. Terdapat pula sebuah masjid bernama As Shakhrat.
Sedangkan, di puncaknya terdapat sebuah tugu peringatan atas sejumlah peristiwa luar biasa yang pernah terjadi di padang ini.
Untuk mencapai puncaknya, bukan perjalanan yang mudah. Ini karena medan yang sangat sulit meskipun Pemerintah Arab Saudi telah menyediakan tangga untuk menuju puncak bukit.
Perjalanan pun akan semakin sulit ketika musim haji. Bila pada hari biasa seseorang bisa mencapai puncaknya hanya dalam beberapa menit, saat musim haji akan lebih lama karena berjuta-juta jamaah saling berdesakan mendaki bukit tersebut.
Pemerintah Arab Saudi tidak menyarankan para jamaah haji untuk mendaki ke puncak bukit itu. Apalagi, hukum mendaki bukit ini tidak wajib.
Yang wajib adalah melakukan wukuf dan ini bisa dilakukan di keseluruhan Padang Arafah, bukan hanya di puncak Jabal Rahmah.
Bahkan, Rasululah SAW pun melakukan wukuf di bawah Jabal Rahmah, bukan di puncaknya. “Aku berwukuf di sini dan Arafah seluruhnya tempat berwukuf, kecuali wadi ‘Uranah.” Di tempat ini pula turun ayat Alquran kepada Rasulullah, yaitu surah al-Maidah ayat 3.
Ketika sedang melakukan wukuf di Arafah, setan-setan pun tak akan menganggu para jamaah. Dari Talhah bin Abdullah bin Kariz RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setan tidak melihat bahwa suatu hari dirinya merasa kecil, hina, teraniaya, dan teremehkan daripada hari Arafah. Hal itu tidak lain karena ia melihat banyaknya rahmat dan ampunan dosa besar yang diberikan Allah kepada manusia, sebagaimana pada saat Perang Badar.”
Ketika wukuf, pemandangan para jamaah yang sangat banyak dan dalam pose berdoa khusyuk, terlihat sangat indah dan syahdu.
Semua Muslim dari latar belakang bangsa, warna kulit, bahasa, pekerjaan, status sosial, atau jabatan berbeda, berkumpul menjadi satu di Padang Arafah dan pada waktu yang sama. Mereka tampak tak berbeda dengan pakaian ihram putih.
Mereka pun memiliki tujuan yang sama, semata-mata memohon pengampunan, merendahkan diri, serta menghilangkan rasa sombong dan angkuh.
Tak ada yang menganggap dirinya lebih baik dari orang lain. Semua sama berpeluh dengan dosa dan memohon ampunan dari Sang Khalik.