REPUBLIKA.CO.ID, Nama Usmani datang untuk melambangkan harapan bersatunya kerajaan Islam.
Kepemimpinan Islam pascawafatnya Rasulullah SAW (632 M) diteruskan oleh Khulafa ar-Rasyidin, yakni Abu Bakr, Umar bin Khattab, Utsman bin 'Affan, dan Ali bin Abi Thalib (632-672 M).
Pascakeempat amirul mukminin terbaik tersebut, Bani Umayyah (661-750 M) dan Bani Abasiyyah (750-1858 M) melanjutkan estafet kepemimpinan dunia Islam.
Sejak generasi awal Islam, semua pemimpin berasal dari bangsa Arab. Hingga, kemudian keruntuhan Bani Abasiyyah mengakibatkan kesatuan Muslimin terpecah belah. Sejak itulah muncul kekuatan baru dari tanah Asia, yaitu Turki.
Turki Usmani (Ottoman) bukanlah Muslimin dari kalangan Arab, melainkan dari Asia Tengah. Meski demikian, merekalah yang berhasil meneruskan estafet kepemimpinan Islam dari tangan bangsa Arab dan mempersatukan kembali Muslimin di bawah satu panji kekhalifahan.
Menurut Mahayudin Yahya dan Ahmad Jaelani Halimi dalam Sejarah Islam, sekitar abad ke-13 Masehi muncul kekuatan baru dari barat daya Asia Kecil yang berbangsa Turki. Kemunculan ini menjadi pemimpin umat Islam dari abad 13 hingga 20 Masehi.
Menurut Philip K Hitti dalam History of the Arabs, Turki Usmani merupakan campuran suku-suku Iran di Asia Tengah yang bergerak dari Mongolia menuju Asia Kecil dan berangsur-angsur menggeser posisi Bani Seljuk, sepupu mereka.
Senada, Badri Yatim dalam Sejarah Peradaban Islam mengatakan, mereka merupakan bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina.
Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan, kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika menetap di Asia Tengah.
Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 Masehi, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Adapun kata Usmaniyah (uthmaniyah, uthamanli, Inggris; ottoman), menurut Mahayudin dan Halimi, diambil dari nama penggasas kerajaan, yaitu Usman bin Erthogrul (Erthogril) bin Sulaiman Shah dari suku Qayi (Qayigh).
Yakni, salah satu suku cabang dari keturunan Oghus Turki. Suku ini tinggal di perkampungan di Mahan, Asia Minor. Sulaiman Shah beserta pengikut seribu orang berangkat dari sana menuju Anatolia.