REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb.
Ustaz, biasanya di bulan Ramadhan ini televisi berlomba-lomba menayangkan beragam program. Di antara program itu adalah sinetron-sinetron, baik yang religi maupun tidak. Terkadang yang katanya sinetron religi pun menayangkan hal-hal yang tidak mendidik sama sekali, bahkan malah mendiskreditkan simbol atau nilai yang ada dalam Islam. Apakah menonton sinetroN-sinetron seperti itu di bulan Ramadhan dapat mengurangi pahala puasa kita, Ustaz?
Arafah Kanti - Jakarta
Waalaikumussalam wr wb.
Tujuan Allah SWT mensyariatkan ibadah puasa kepada orang beriman adalah agar mereka bisa mengendalikan hawa nafsunya sehingga dapat mencapai derajat takwa. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah [2]: 183). Pada intinya takwa merupakan kondisi seorang hamba membuat dinding pembatas (pelindung) antara dirinya dan kemurkaan Allah serta siksaan neraka-Nya.
Konsekuensi dari takwa itu tentunya menjalankan semua yang diperintahkan Allah dan meninggalkan segala larangannya dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah semata. Bulan Ramadhan dengan segala keutamaan dan kemuliaannya merupakan salah satu nikmat besar yang diberikan Allah kepada umat Islam yang semestinya disyukuri lewat berbagai amal ibadah dan segala ketaatan.
Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Jika malam pertama Ramadhan datang maka setan-setan dan jin-jin pembangkang dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada satu pintu pun yang terbuka, pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Lalu, ada suara yang menyeru, ‘Wahai pencari kebaikan! Sambutlah, wahai pencari kejelekan! Berhentilah.’ Allah memiliki hamba-hamba yang dimerdekakan dari neraka. Dan, demikian itu pada setiap malam.” (HR Tirmizi, al-Nasa’i, Ahmad, dan Ibnu Majah).
Menghabiskan waktu luang dengan banyak menonton hal yang tidak bermanfaat meskipun dibolehkan, tentu bertentangan dengan maksud berpuasa dan Ramadhan itu sendiri. Apalagi, jika di dalam sinetron-sinetron itu banyak ditampilkan hal yang diharamkan Allah. Misalnya, perempuan berpakaian minim, perkataan keji, bahkan terkadang diselipkan budaya dan pemikiran yang bertujuan menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai Islam dan mengubah identitas dan karakternya.
Hal itu tentu lebih dilarang lagi karena puasa bukan sekadar meninggalkan makan, minum, dan berhubungan suami istri. Hakikat puasa adalah memuasakan seluruh anggota badan dan hati dari hal-hal yang diharamkan Allah. Menonton sinetron yang banyak menayangkan hal-hal yang diharamkan Allah seperti itu memang tidak membatalkan ibadah puasa, dalam artian bahwa kita tidak diminta untuk menggantinya di hari lain.
Namun, hal tersebut dapat mengurangi kesempurnaan pahala ibadah puasa kita, bahkan bisa menghabiskan pahala sama sekali. Sebagaimana yang ditegaskan Rasulullah, “Dari Abu Hurairah ra ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Betapa banyak orang yang berpuasa bagian yang ia dapatkan (hanyalah) lapar dan dahaga. Dan, betapa banyak orang yang melakukan qiyamul lail, namun bagian yang ia dapat hanyalah begadang malam.” (HR Ahmad, al-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ibnu Khuzaimah).
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan melakukan itu maka Allah tidak punya kepentingan dari dia untuk meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR Bukhari). Jangan sampai Ramadhan tahun ini berlalu dan kita tidak mendapatkan ampunan yang dijanjikan bagi mereka yang berpuasa. Jika terjadi demikian, itu merupakan kerugian yang sangat besar.
Semoga kita tidak termasuk yang menyia-nyiakan kesempatan Ramadhan yang Allah anugerahkan kepada kita yang mungkin saja adalah Ramadhan terakhir. Wallahu a’lam bish shawab.
Ustaz Bachtiar Nasir