REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa
Suatu hari pascakenabian Sulaiman, satu jin menjelma menjadi manusia dan mendatangi Bani Israil. Ia menawarkan hal yang menggiurkan, "Maukah kalian ku tunjukkan harta karun yang belum pernah kalian ketahui?" ujar jin itu kepada sekelompok Bani Israil.
Mendengarnya, Bani Israil pun girang dan bersemangat. Tentu saja mereka mau meski tawaran itu datang dari orang tak dikenal dan tak terpercaya. "Ya, dimana itu?" tanya mereka.
"Galilah di bawah singgasana Sulaiman!" perintah si jin. Mereka pun menuruti dan berbondong-bondong menuju peninggalan istana Sulaiman yang megah tiada tara. Terbayang harta karun Nabi Sulaiman yang kekuasaannya tak tertandingi. Mereka pun segera menggali singgasana nabi mereka dengan tamak.
Namun saat menggalinya, mereka kesulitan dan meminta bantuan jin. "Bantulah kami untuk menggali," ujar seorang dari Bani Israil. Namun jin enggan. Apalagi menggali, mendekatinya saja jin ketakutan.
"Aku disini saja, aku tak akan emana-mana. Jika kalian tidak menemukannya, kalian boleh membunuhku," ujar jin dari golongan jahat tersebut.
Setelah beberapa lama, Bani Israil pun berhasil menemukan sebuah peti. Mereka girang setengah mati, begitupun dengan si jin. Saat dibuka, isinya bukan emas atau berlian, melainkan setumpuk kitab usang. Namun jin terperangah, seakan menemukan barang lamanya yang hilang.
Bani Israil pun membuka lembaran-lembaran penuh catatan tersebut. Mereka kaget menemukan catatan ilmu sihir di dalamnya. Serta merta, jin yang licik segera berkata, "Ternyata Sulaiman adalah tukang sihir!" serunya menghasut Bani Israil.
"Apa maksudmu?" mereka bertanya-tanya. "Kitab sihir ini Sulaiman sembunyikan untuk mengendalikan kalian semua," ujar jin berdusta.
Bani Israil yang bodoh pun gampang terpedaya. Mereka pun mengingat hal-hal menakjubkan yang dimiliki Nabi Sulaiman dan mempercayainya sebagai tipu daya sihir belaka. Segera mereka mengabarkan hal tersebut kepada seluruh warga. Hampir semua keturunan Bani Israil mempercayai bahwa nabi yang diutus kepada mereka itu hanyalah seorang tukang sihir.
Namun terdapat sekelompok orang salih yang tetap membela Nabi Sulaiman, "Ia bukanlah seorang tukang sihir, Ia adalah utusan Allah," ujar orang salih yang jumlahnya secuil itu.
Jin berhasil membuat keturunan Yahudi itu menentang Nabi Sulaiman. Dengannya, ajaran sang nabi pun akan mereka enyahkan. Bani Israil terpedaya dan lebih meyakini ucapan jin. Mereka yang juga gemar melakukan sihir pun justru kemudian mempelajari dan banyak melakukan sihir. Melihatnya, jin girang bukan kepalang. Tentu saja, mereka tak tahu bahwa lembaran ilmu sihir itu milik nenek moyang mereka yang berkolaborasi dengan jin.
Saat Nabi Sulaiman masih hidup, beliau geram dengan banyaknya catatan-catatan sihir dari para dukun. Penguasaan sihir diperoleh para dukun atas keberhasilan jin dalam mencuri berita langit. Zaman dahulu, sebelum diutusnya Rasulullah, jin jahat gemar bertandang ke langit untuk mencuri dengar berita tentang masa depan. Mereka mendengarnya dari para malaikat yang ditugaskan Allah. Dari menguping tersebut, para jin mengetahui hal-hal yang akan terjadi di bumi.
Setelah berhasil mencuri informasi, mereka turun ke bumi dan mendatangi para dukun dan tukang sihir. Kepada merka lah, para jin itu memberikan hasil curi dengar berita langit. Sebuah informasi dari langit direkayasa jin menjadi 70 yang semuanya kemudian diterima para peramal untuk kemudian dituliskannya. Tersebarlah kitab-kitab sihir di kalangan Bani Israil.
Mengatasinya, Nabi Sulaiman menyita seluruh catatan sihir itu. Beliau bermaksud melenyapkan sihir di muka bumi. Maka terkumpullah seluruh kitab dusta itu kemudian dipendam dibawah singgasananya. Tak ada yang tahu tempat dipendamnya kitab itu kecuali Nabi Sulaiman, orang saleh kepercayaannya, dan tentu saja, oleh jin.
Namun jin tak berdaya menggali kotak berisi kitab sihir itu. Acapkali mendekatinya, mereka akan segera hangus terbakar. Mereka pun tak berani menyebarkan kebohongan sihir lagi, hingga kemudian Nabi Sulaiman wafat. Orang-orang saleh kepercayaannya pun meninggal dunia. Tinggallah tersisa jin yang mengetahui rahasia hartanya yang terpendam. Ia lah yang kemudian mendatangi Bani Israill, menawarkan harta karun dan memperdaya mereka dengan memnuduh Nabi Sulaiman sebagai tukang sihir.
Tuduhan jin ini termaktub dalam Alquran surah Al Baqarah ayat 102. "Dan mereka (Bani Israil-pen) mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan (kitab sihir-pen) pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir)." Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir.
Sebagaimana diketahui, Nabi Sulaiman memiliki kerajaan yang tak ada tandingannya sepanjang sejarah. Pasukannya terdiri atas manusia, jin dan hewan. Tak sedikit jin yang menjadi budak dibawah perintahnya. Para jin jahat itu tak berdaya dibawah kekuasaan Sulaiman. Bahkan sebetulnya kematian Nabi Sulaiman memberikan hikmah kepada umatnya bahwa jin tidaklah mengilmui hal ghaib.
"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan," Surah Saba' ayat 14.
Namun Bani Israil mudah tertipu dan terpedaya. Keimanan mereka pada nabi sangat rendah hingga buta akankebenaran. Mereka justru terus mempraktikan sihir dan mempelajarinya dari jin. Dalam sejarah, mereka bahkan sangat terkenal dalam penguasaan sihir.
Dari kisah Bani Israil dan jin diatas, beberapa sumber mengatakan kisah tersebut masih berkaitan dengan upaya Zionis Yahudi dalam penggalian Haikal Sulaiman dibawah Masjidil Aqsa di Palestina yang terus berlangsung hingga kini.
Bagiamana kaitannya, Allahu wa Rasuluhu A'lam. Kisah ini cukup menjadi pelajaran berharga bagi muslimin untuk menolak sihir dan menjauhi syirik. Selain itu juga untuk tidak mengikuti jejak umat terdahulu yang tidak menghormati para utusan Allah yang mulia.