REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa
Ramadhan tinggal hitungan hari. Para mualaf “senior” pun memberikan wejangan mengenai pengalaman puasa pertama mereka. Banyak kisah lucu yang mereka berikan kepada para mualaf yang baru saja memeluk Islam. Baik mualaf “lama” maupun “baru”, keduanya menanti Ramadhan dengan suka cita.
Diva Allot, seorang mualaf Inggris membagi pengalamannya puasa pertama. Pada hari pertama, ia menyiapkan satu mangkuk besar sereal. Tapi, karena kekenyangan, ia tak sanggup meminum air meski segelas kecil. Pada siang hari, ia merasa sangat kehausan.
“Bagian tersulit di hari pertama adalah mulut saya sangat terasa kering dan saya berputus asa mendapatkan air. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah duduk sendirian dan merenung bagaimana saya diberkahi dengan memiliki air, seperti halnya orang-orang di negara miskin,” ujarnya yang menjadi mualaf saat berusia 17 tahun, dikutip dari On Islam.
Sahur pun kemudian menjadi hal yang sangat sulit di hari-hari berikutnya. Tapi, Diva mengaku semakin lama semakin terbiasa. Ia bahkan pernah pergi ke restoran pada siang hari. Ia lupa kalau saat itu ia tengah berpuasa. Saat ini, Allot telah menikah dengan seorang Muslim. Bulan puasa pun menjadi hal yang sangat dinantinya.
“Ramadhan sangat berarti bagi saya. Saya benar-benar tidak bisa menjelaskannya. Saya selalu menanti Ramahan berikutnya. Ini bukan tentang makanan, melainkan kemampuan kita untuk menghabiskan waktu yang berkualitas dengan Tuhan,” ujarnya.
Senada, mualaf asal Belanda Nourdeen Wildeman merasakan hal sama. Ia sangat menanti datangnya bulan suci. Bahkan, dari sekian Ramadhan yang pernah ia jalani, ia merasa paling rindu saat menjalani yang pertama kali. Nourdeen selalu membandingkan kualitas ibadahnya acap kali Ramadhan. Tapi, ia selalu merasa Ramadhan pertamanya momen terbaik dalam hidupnya.
Namun, Nourdeen memiliki pengalaman sedih saat Ramadhan pertama. Saat itu, ia beribadah sendirian. Ia sahur dan berbuka sendiri. Menjadi mualaf tentu membuatnya kehilangan keluarga dan teman. Ia pun memberikan nasihat kepada para Muslimin agar mengajak buka bersama para mualaf. Hal tersebut menurutnya sangat membantu semangat para mualaf dalam menjalankan ibadah puasa pertama kali.
“Dukungan Anda untuk Muslim baru tidak harus dibatasi bimbingan agama, menjawab pertanyaan ataupun shalat berjamaah. Anda telah mengundang mereka kepada Islam dan mereka telah menerimanya. Sekarang, saatnya untuk mengundang mereka ke meja makan. Dalam pengalaman pribadi saya, satu-satunya hal yang buruk, yakni berbuka puasa sendirian. Saya pun terpaksa membiasakan diri berbuka puasa sendirian selama Ramadhan,” ujar Nourdeen.