REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejak tragedi 9/11 hingga sekarang seluruh masjid di Inggris masih rentan terhadap serangan Islamofobia. Ini menandakan, pemerintah Inggris lalai melindungi masjid.
Hal itu terungkap dalam hasil riset yang dipublikasikan The Independent, Sabtu (29/6) kemarin. "Tidak diragukan lagi, terjadi peningkatan serangan Islamofobia sejak tragedi Woolwich," ungkap Pemimpin riset dari Teeside University, Profesor Nigel Copsey, seperti dikutip Onislam, Senin (1/7).
Yang jelas, kata Copsey, ada pertanyaan mendasar terkait fakta tersebut. Apakah serangan Islamofobia saat ini masih dalam kategori "normal" atau memang terjadi peningkatan drastis sejak tragedi Woolwich. Dari riset tersebut diketahui, sekitar 40-60 persen masjid dan Islamic Center yang berjumlah 400 telah menjadi target serangan Islamofobia sejak tragedi 9/11.
Namun, jumlah serangan Islamofobia telah meningkat 10 kali lipat ketika terjadi tragedi pembunuhan terhadap tentara Inggris.Tak hanya masjid, riset ini juga menyebut serangan Islamofobia tidak lagi menargetkan masjid atau Islamic Center. Tetapi juga rumah-rumah komunitas Muslim. "Hal terpenting yang menjadi analisis kami, sejauh mana pengaruh kelompok sayap kanan terhadap serangan Islamofobia," kata Copsey.
Merespons hasil riset itu, penasihat pemerintahan mengkritik pemerintah yang dianggap tidak memiliki kemauan politik guna mengatasi serangan Islamofobia. "Anda perlu ketahui, ketidakmauan politik pemerintah berperan terhadap munculnya serangan Islamofobia," kata dia yang enggan disebutkan namanya.
Juru bicara Departemen Komunitas Lokal dan Pemerintah lokal menyatakan Islamofobia tidak mempunyai tempat di Inggris. "Tidak ada tempat bagi kebencian terhadap Muslim. Kami berkomitmen mengatasi masalah ini," kata dia.