Kamis 06 Jun 2013 20:00 WIB

Michael Barradine Terkesan dengan Keaslian Alquran

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Mualaf (ilustrasi).
Foto: deviantart.com
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Michael Barradine mengaku terkesan dengan panggilan adzan. Kesan itu rupanya sangat mendalam. Baraddine pun coba untuk mencari tahu tentang ajaran Islam. Itu yang kemudian ia dapatkan ketika ke AS. Di sana, ia melahap literatur tentang Islam, termasuk Alquran.

Selanjutnya, Barradine mulai mempelajari bahasa Arab. Bahasa ini dianggap penting olehnya lantaran membuka jembatan informasi yang lebih luas soal Islam.

“Sepanjang musim panas di AS, saya banyak berbicara dengan Muslim. Kesimpulan yang saya dapat, agama saya sekarang ini sama seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW,” katanya seperti dikutip onislam.net, Senin (6/6).

Seiring perjalanan waktu, banyak yang menanyakannya mengapa tidak menjadi Muslim. Namun, Barradine tidak memiliki jawabannya. “Saat itu, saya hanya terkesan dengan fakta keaslian Alquran. Berbeda dengan Injil,” akunya.

Akhir musim panas, satu keputusan besar diambilnya. Tidak mudah memang, karena Barradine lebih memilih untuk lebih dahulu meyakinkan hatinya 100 persen sebelum mengucapkan syahadat. Momentum itu akhirnya datang.

“Di hadapan ratusan orang, saya ucapkan syahadat. Banyak yang memelukku. Saya pun menangis,” kisahnya dengan air mata berlinang.

Seketika itu, Barradine mengubah namanya menjadi Muhamamd Asad. Nama ini dipilih karena harapannya agar menjadi Muslim yang baik. Nama itu juga mencerminkan perubahan kepribadiannya sejak menerima Islam.

Tak butuh waktu lama, bagi Barradine untuk segera berdakwah. Ia mulai menjadi pembicara tentang Islam di gereja, sinagoga dan lainnya. Ia juga mulai mengajar bahasa Arab.

Beberapa tahun kemudian, ia pergi haji. “Sekarang saya menulis sebuah buku tentang Sejarah Islam dan Muslim di Era Modern,” tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement