REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa
Mereka tak pernah kelaparan meski di tengah padang pasir.
Selepas dari kejaran Firaun yang ditenggelamkan di Laut Merah, kisah Bani Israil bukan berakhir, namun justru bermula. Setelah lepas dari perbudakan bangsa Mesir, mereka memulai hidup baru yang dipenuhi rahmat Allah. Di bawah kepemimpinan Nabi Musa, mereka menjadi kaum yang paling mulia kala itu. Namun, saat hidup baru inilah banyak cerita menarik yang justru membuktikan sifat pembangkangan Bani Israil.
Alkisah, setelah menyelamatkan diri dari Mesir, Bani Israil digiring Nabi Musa menuju tanah yang dijanjikan, Palestina. Tentu bukan perjalanan yang singkat, apalagi kala itu tak ada arah jalan dan rutenya pun didominasi padang pasir. Dengan kekuasaan Allah, bisa saja Allah mempercepat perjalanan mereka.
Namun, dengan hikmah-Nya, banyak peristiwa terjadi selama perjalanan. Apalagi, sifat Bani Israil yang suka membangkang pada Musa membuat Allah geram hingga membuat mereka berputar-putar di padang pasir tak sampai jua ke tempat tujuan.
Meski diganjar berpuluh tahun tak jua sampai ke Palestina, Bani Israil masih saja mendapat rahmat Allah yang Maha Kasih dan Sayang. Allah mengutus awan untuk menaungi mereka. Alhasil, mereka tak pernah merasakan panas terik mentari meski di padang pasir yang menyengat sekalipun. Untuk minum, Allah pun memberi mukjizat kepada Nabi Musa. Sang Nabiyullah memukulkan tongkatnya ke sebuah batu hingga mengalirlah 12 mata air. Jumlah mata air tersebut sesuai dengan jumlah kabilah kaumnya.
Dengan rahmat Allah tersebut, Bani Israil hidup tenang di sebuah kawasan di Padang Sahara Tih. Meski bertahun-tahun berputar-putar di padang tersebut, mereka tak pernah menderita kesulitan, apalagi penyakit. Sifat membangkanglah yang justru diderita Bani Israil. Mereka tak pernah bersyukur atas rahmat Allah.
Dikisahkan, saat tinggal di sana, tak hanya naungan awan ataupun mata air yang didapatkan Bani Israil. Terdapat satu lagi rahmat Allah yang tak kalah luar biasa. Manna dan salwa, itulah anugerah Allah untuk memenuhi kebutuhan pangan Bani Israil. Manna merupakan makanan yang rasanya amat lezat nan manis layaknya madu. Warnanya pun putih cantik layaknya salju. Makanan ini sangat mudah ditemui Bani Israil.