Senin 03 Jun 2013 15:30 WIB

Rajab, Terminal Menuju Ramadhan

Hilal (Ilustrasi)
Foto: muslimmedianetwork.com
Hilal (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Nashih Nashrullah

Ramadhan kian maksimal dengan rangkaian program penyambutan.

Rajab, Sya’ban, Ramadhan, ketiga bulan tersebut saling berurutan. Pasti ada hikmah di sana. Setidaknya, deretan bulan itu mengisyaratkan pentingnya penekanan ibadah menjelang bulan penuh ampunan, Ramadhan. Langkah-langkah persiapan, kata Syekh Fadi Muhammad Yasin dalam makalahnya yang berjudul “30 Langkah Persiapan Ramadhan di Rajab dan Sya’ban”, penting ditempuh untuk memaksimalkan ibadah, terutama sepanjang Ramadhan.

Sebuah kesuksesan kerap kali tak bisa lepas dari persiapan yang matang. Murid yang berhasil lulus ujian maka ia jauh-jauh hari telah bersiap diri menghadapi tes kelulusan itu.

Sayangnya, keutamaan persiapan diri itu, ungkap Syekh Fadi, tak banyak diketahui oleh kebanyakan orang. Ini seperti yang pernah di wanti-wanti Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Nasai. Hadis itu menyatakan tak sedikit mereka lalai akan keutamaan Rajab dan Sya’ban untuk menghadapi Ramadhan.

Kedua bulan itu, terlebih Sya’ban, merupakan bulan tatkala segenap amalan langsung diangkat ke hadapan Allah SWT. Dan, Rajab laksana terminal utama untuk pemberhentian berikutnya, yakni Sya’ban dan Ramadhan. 

Penekanan ibadah itu, kata Syekh Fadi, memang bukan berarti hanya berfokus di tiga bulan tersebut. Melainkan, intensitas ibadah di ketiga bulan itu memiliki dampak yang luar biasa, yakni pemaksimalan Ramadhan. Karena itu, hal mendasar yang mesti dilakukan ialah manajemen niat. Perbaruilah niat selalu. Niat yang terbarukan akan membantu mendongkrak semangat.  

Selain itu, perbanyak puasa di Rajab dan Sya’ban. Secara khusus, anjuran-anjuran tertentu berikut keutamaan berpuasa Rajab, memang beberapa hadisnya dikategorikan lemah. Namun, berpuasa pada Rajab bisa merujuk ke landasan secara umum hadis-hadis berpuasa di bulan-bulan mulia (asyhur al hurum). Seperti riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad, Rasul bersabda, “Berpuasalah pada bulan-bulan haram.” 

Sedangkan berpuasa Sya’ban, ini tak lagi bisa diragukan. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dari Aisyah ra. Rasulullah paling tampak berpuasa sunah di Sya’ban.

Ada banyak prediksi maksud di balik pelaksanaan puasa pada bulan tersebut. Puasa itu dilakukan sebagai persiapan dan pemanasan menghadapi Ramadhan. Opsi lain menyebutkan bahwa Rasulullah melakukannya untuk menemani istrinya yang mengganti puasa Ramadhan di Sya’ban.

Namun, menurut Ibnu Hajar, analisis paling kuat merujuk pada hadis Usamah bin Zaid, yakni puasa Sya’ban, termasuk anjuran Rasulullah. Pasalnya, amalan itu sering terlupakan.

Kegiatan berikutnya untuk menyambut Ramadhan sejak Rajab ialah berbagi kabar gembira dan memotivasi sesama. Ini bisa dilakukan dengan menukar informasi perihal keutamaan Ramadhan. Rasulullah juga sering menerapkannya kepada para sahabat. Misalnya saja dalam hadis riwayat Nasai. “Telah datang kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan atas kalian berpuasa. Pintu langit dibuka dan pintu neraka ditutup.”

Tingkatkan pula frekuensi penempaan spiritual dari sekarang. Ramadhan adalah sekolah sekaligus Kawah Candradimuka bagi orang-orang yang bertakwa. Pembiasaan sejak dini akan mempermudah program ibadah sepanjang Ramadhan. Mulai dari hal-hal yang kecil, seperti menjauhi perkataan nista. Jika tak dihindari, ucapan-ucapan yang tak pantas itu bisa merusak pahala Ramadhan. Ini seperti hadis riwayat Bukhari.

Selain itu, sambung dan jaga silaturahim. Ada banyak faedah di balik memperkuat tali silaturahim. Menyambung silaturahim akan memperbanyak rezeki dan menjadikan umur bertambah berkah. Dari bersilaturahim pula akan mengikis kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Dengan demikian, saat Ramadhan tiba, kondisi diri telah siap dan bersih.

Selanjutnya, kata Syekh Fadi, jangan lupa segera bayar utang puasa Ramadhan yang terlewat. Para ulama sepakat, hendaknya seseorang membayar utang puasa wajib terlebih dahulu sebelum menunaikan puasa sunah.

Dan, tak kalah penting, ujar Syekh Fadi, biasakan bersedekah dari sekarang. Pahala tiap amalan selama Ramadhan akan dilipatgandakan, tak terkecuali bersedekah. Ini, antara lain, bisa dimulai dengan membiasakan diri memberikan makanan bagi fakir miskin. Berbagi makanan, terlebih untuk berbuka, sarat dengan pahala. Seperti dinukilkan dalam riwayat Zaid bin Khalid al-Juhni RA, Rasul menegaskan bahwa sedekah berupa pemberian menu berbuka tersebut diganjar dengan pahala puasa dari penerima sedekah. “Tanpa kurang sedikit pun,” sabda Rasul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement