Senin 27 May 2013 23:34 WIB

Said Aqil: Pancasila Religius karena Sentuhan Pesantren

Ketua PB NU Said Aqil Siradj saat berpidato dalam Harlah ke-90 Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, Senin (27/5) malam
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ketua PB NU Said Aqil Siradj saat berpidato dalam Harlah ke-90 Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, Senin (27/5) malam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj memandang peran pesantren signifikan dalam pembentukan negara Indonesia. Dimulai dari semangat jihad melawan penjajah yang dikumandangkan pendiri NU K.H Hasyim Asy'ari hingga aktifnya K.H Wahid Hasyim di BPUPKI dan PPKI.

"Konsep filosofis Pancasila jadi religius dengan sentuhan pesantren,"ungkapnya dalam malam puncak Harlah NU ke-90 di Jakarta, Senin (27/5) malam. Said menceritakan bagaimana sosok K.H Wahid Hasyim dari kalangan santri menjadi seorang politikus ulung tanpa pendidikan formal.

Saat terjadi kebuntuan di konstituante,cerita Said, ulama pesantren memberikan masukan kepada Presiden Soekarno untuk kembali ke UUD 1945. "Maka muncullah dekrit. Spirit pesantren kembali andil disana," ungkapnya.

Masa suram dunia pesantren pernah hadir saat orde baru. Said menyebut saat itu terjadi depolitisasi pesantren yang berimbas pada de-NU-isasi. Saat terjadi reformasi justru nilai gotong royong semakin memudar. Kebebasan yang didapat dalam pandangan Said, justru menyebabkan persaingan bebas. "Yang ada sekarang politik dan ekonomi saling memangsa," ujarnya.

Tak ada cara lain saat ini selain NU harus kembali ke pesantren. Mengkampanyekan nilai-nilai yang ada dalam pesantren agar reformasi kembali menemui jalan yang benar."Sudah banyak korban 'smackdown' terutama di Senayan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement