Senin 27 May 2013 23:16 WIB

Harlah ke-90, NU Kembali ke Pesantren

Ketua PB NU Said Aqil Siradj saat berpidato dalam Harlah ke-90 Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, Senin (27/5) malam
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ketua PB NU Said Aqil Siradj saat berpidato dalam Harlah ke-90 Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, Senin (27/5) malam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-90 dicanangkan sebagai momentum kembali ke pesantren. Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) Said Aqil Siradj memandang NU harus kembali ke akar munculnya kepemimpinan nasional yaitu pesantren.

"Khittah NU adalah pesantren. Kita harus kembali menegaskan gagasan mulia tersebut," ungkapnya dalam malam puncak Harlah NU ke-90 di Jakarta, Senin (27/5) malam.

Said memaparkan pesantren adalah produk nusantara. Sebelum Islam hadir, konsep pesantren sudah hadir dalam kepercayaan Kapitayang dan Hindu. "Nafasnya sama pendidikan spiritual," ujarnya. Setelah Islam datang, konsep pesantren atau padepokan mulai bertransformasi.

Pesantren menjadi pusat pendidikan masyarakat mulai dari agama, ekonomi, ketatanegaraan, sastra hingga bela diri. "Bahkan seorang pangeran harus dididik di pesantren atau padepokan," ungkap Said. Said mencontohkan Paku Buwono VI dan Pangeran Diponegoro adalah ahli politik pemerintahan yang lahir dari kultur pesantren.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement