REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tren berhijab modis tengah melanda kalangan Muslimah di Amerika Serikat (AS). Perkembangannya pun cukup dinamis. Zahra Aljabri, seorang hijabers AS, mengatakan tak semua Muslimah AS menerima tren itu.
Karena untuk tampil modis konskuensinya Muslimah harus mengeluarkan uang dan waktu lebih banyak. "Tapi itu bisa diakali ketika Anda bisa mengutak-atik gaya berbusana sendiri," kata dia seperti dikutip The Star Tribune, Selasa (7/5).
Bagi Zahra yang menyenangi fesyen tentu masalah itu bukanlah hal besar. Ia bisa menghabiskan banyak waktu untuk membaca atau berbicara dengan kalangan mode guna menciptakan tren.
"Aku harus tahu perkembangan fesyen," ujar Zahra. Di sisi lain, bagi yang tidak begitu senang dengan fesyen menganggap hal itu akan menanggalkan syariah. Jadi, mereka memilih untuk tidak memodifikasinya.
Pengamat Fesyen, Mary Ellen Gast mengatakan bagi kalangan "sederhana" memodifikasi gaya berhijab bukanlah anugerah. Sebaliknya, bagi mereka yang gemar mengutak-atik gaya berpakaian merupakan tantangan.
"Nah, mereka yang sadar fesyen ini tahu persis apa yang tidak dia inginkan di lemari pakaiannya," kata dia. Namun, perkembangan yang terjadi saat ini telah memungkinkan modifikasi gaya berhijab mengesankan tema sederhana.
Ini artinya, ada kemungkinan kalangan "sederhana" untuk ambil bagian. "Kami telah menemukan cara yang lebih sederhana. Tentu ini akan berguna bagi mereka yang tidak perhatian soal gaya berbusana," ujar Gast.