REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Rumah Yatim tak habis cara dalam mengembangkan anak yatim. Kali ini, Rumah Yatim meluncurkan program 50 Dokter Yatim.
Grand Launching program tersebut akan berlangsung di Menara 165, Jakarta Selatan, Rabu (8/5) malam.
Sedikitnya enam menteri akan hadir dalam acara tersebut. Yaitu Menko Kesra, Menteri Sosial, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Negara BUMN, Menteri Kesehatan, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Direktur Utama Rumah Yatim Lili H Abdurrahman mengatakan, sedikitnya ada dua sasaran di balik program 50 Dokter Yatim. Dua sasaran itu, jelas dia, yaitu membuka peluang bagi anak yatim untuk menjadi dokter dan menutupi kebutuhan dokter di Tanah Air.
Menurut Abdurrahman, kebutuhan dokter khususnya di daerah terpencil sangat tinggi. Abdurrahman menjelaskan, indeks rasio dokter di Tanah Air masih sangat kurang. Perbanding seorang dokter di Indonesia masih satu per 25 ribu penduduk. Berdasarkan standar WHO, lanjut dia, idealnya indeks rasio dokter yaitu satu berbanding 2.500 penduduk.
Persoalan lainnya, ungkap dia, yakni sebaran dokter yang belum merata. Kebanyakan dokter masih beroperasi di daerah perkotaan. Sementara di daerah terpencil, tutur dia, masih kekurangan dokter. Bahkan, sambung dia, masih banyak puskesmas di daerah terpencil yang kekurangan dokter.
Selain menutupi kebutuhan dokter, papar Abdurrahman, saat ini profesi dokter di Indonesia masih sangat eksklusif. ‘’Boleh dibilang, untuk menjadi seorang dokter itu mahal. Kami tertantang dengan fenomena itu,’’ ujar Abdurrahman kepada Republika, Senin (6/5).
Pihaknya akan membuktikan bahwa anak yatim yang tidak mampu pun bisa menjadi dokter. Abdurrahman mengaku telah bekerja sama dengan empat perguruan tinggi dalam menyetak dokter yatim. Empat perguruan tinggi itu adalah Unpad, UI, Unair, dan UGM.
Calon dokter yatim itu, menurut dia, yakni mahasiswa fakultas kedokteran yang proses kuliahnya terkendala biaya kuliah. ‘’Kami akan biayai mereka agar bisa melanjutkan kuliahnya hingga menjadi dokter,’’ tambahnya.
Selain mahasiswa kedokteran, pihaknya pun akan menyiapkan anak yatim yang duduk di bangku SMA kelas tiga untuk menjadi mahasiswa fakultas kedokteran. Seluruh biaya kuliahnya pun akan ditanggung oleh Rumah Yatim. Dari sekitar 50 ribu anak yatim di bawah binaan Rumah Yatim, 50 di antaranya akan dijadikan dokter professional yang berjiwa sosial tinggi.
Calon dokter itu, kata Abdurrahman, akan diikat kontrak untuk menjadi dokter di lokasi yang ditentukan oleh Rumah Yatim. Pihaknya akan memprioritaskan pendistribusian dokter yatim ke daerah terpencil. ‘’Yang lebih penting itu, calon dokter itu harus memiliki jiwa sosial yang tinggi,’’ katanya.
Dalam mendistribusikan dokter yatim, kata Abdurrahman, Rumah Yatim akan berkoordinasi dengan pemerintah. Sebab, menurut dia, pemerintah yang memiliki data tentang daerah yang kekurangan dokter.
Pada kesempatan terpisah, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) mengakui akan kurangnya jumlah dokter. Untuk itu, pihaknya sangat mengapresiasi bila ada lembaga sosial yang membantu pemerintah dalam menutupi kebutuhan dokter.
Selain itu, diakui Aher, keberadaan dokter pun relative belum merata. ‘’Kami sangat apresiasi program tersebut,’’ tandasnya.