REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustaz Muhammad Arifin Ilham
"Ustadz, saya tidak melakukan satu kesalahan apa pun. Bahkan saya merasa selalu berbuat baik kepadanya. Namun semuanya seperti debu yang tersapu angin; hilang dan tidak berbekas,'' seorang jamaah mengeluh selepas halaqah dengan nada superkesal.
Jamaah itu melanjutkan, ''Tragisnya lagi, kata-kata kotor dan merendahkan justru berhamburan dari lisannya! Saya dihina habis-habisan," ungkap jamaah tersebut.
Atas curhatan seorang jamaah ini, ada baiknya kita melihat lembar kembali sejarah di mana RasuluLlah Saw pernah mendapati keadaan yang lebih buruk dari itu.
Seperti dituturkan oleh Abu Bakar As-Shidiq. Suatu ketika, sahabat terdekat Nabi Saw ini termenung. Ia terus bertanya-tanya, amal shalih apa yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah Saw namun belum ia kerjakan. Maka ia pun bertanya kepada anaknya, Aisyah r.a. yang juga merupakan istri Nabi Saw.
“Wahai anakku, apa kira-kira amal yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw ketika masih hidup tapi belum aku kerjakan?”
Aisyah ra menjawab, “Rasulullah Saw selalu memberi makan kepada seorang Yahudi buta di pojok sudut pasar”. Tidak menunggu waktu lama, maka Abu Bakar r.a, pun menghampirinya.
Sambil mengeluarkan roti, Abu Bakar ra mendekati perempuan buta Yahudi itu. Benar, perempuan buta itu terus saja mengoceh omongan buruk tentang Rasulullah Saw. Ia menghina Rasulullah Saw dan menyuruh orang-orang di pasar untuk tidak mengikuti ajakan Muhammad.
Abu Bakar ra mendengar itu semua dengan gejolak tidak menentu. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Rasulullah Saw saat memberi makan perempuan buta itu, padahal telinga beliau dibombardir dengan kalimat-kalimat ejekan dan hinan.
Suapan pertama pun telah masuk, namun terkagetlah Abu Bakar. Sambil memuntahkan kembali suapannya, perempuan buta ini berkata ketus, ”Siapa kamu, kamu bukan orang yang biasa memberi aku makan”.
Abu Bakar berkata,” Dari mana engkau tahu bahwa aku bukanlah orang yang biasa memberimu makan?” “Makanan yang engkau beri tidak kau haluskan lebih dulu. Orang yang biasa memberiku makan selalu menghaluskan makanan lebih dulu karena ia tahu, gigiku sudah tak sanggup lagi mengunyah makanan,” sahut perempuan buta ini.
Tidak sabar dengan keadaan yang tak menentu di hatinya ini, Abu Bakar sambil terisak berujar, “Ketahuilah, orang yang biasa memberimu makan sudah wafat beberapa hari yang lalu dan aku adalah sahabatnya,'' kata Abu Bakar.
Ia melanjutkan, ''Orang yang biasa memberimu makan adalah Muhammad Saw, lelaki yang tiap hari selalu bersabar meski kau hina dan caci sedangkan ia tak pernah berhenti menyuapkan makanan ke mulutmu.”
Perempuan Yahudi yang buta itu kaget bukan main dan tak lama kemudian tangisnya pun pecah. Ia menyesal belum sempat meminta maaf kepada orang yang sangat peduli dengannya padahal tidak ada seorang keluarganya pun yang peduli dengan keadaannya.
Subhanallah, saat hinaan dibalas dengan kesabaran, ternyata buahnya adalah ilmu, hikmah dan hadiah yang luar biasa dari Allah SWT.
Sebagaimana perempuan Yahudi ini kemudian bersyahadat, maka semoga saja dengan tetap bersabar, ada membersit pintu kebaikan dalam hidup kita. Aamiin.