Senin 22 Apr 2013 22:39 WIB

'Suara Adzan Membuat Menangis dan Hatiku Lega'

Rep: Agung Sasongko/ Red: Mansyur Faqih
Mualaf (ilustrasi).
Foto: yhyqart.com
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anna Linda Traustadottir lahir di Reykjavik, Islandia, 1966. Sewaktu kecil, ia dibaptis oleh Gereja Lutheran. Usai dibaptis, keluarganya pindah ke Vancouver, Kanada dan New York Ciry. Kehidupan remaja Anna berlangsung normal. Ia berhasil menyelesaikan setiap jenjang pendidikan dengan baik. 

Pada 1997, ia belajar bahasa Arab di Kairo. Seorang temannya lalu memberikan Alkitab portabel. "Aku senang sekali karena dapat mengetahui apa isi Alkitab. Sebab, saya hampir tidak bisa menyebut diriku seorang Kristen, karena tidak pernah membacanya," kenang dia seperti dikutip onislam.net, Senin (22/4).

Setahun kemudian, Anna belajar di Universitas Damaskus, Suriah. Di sana ia belajar Alkitab. Selesai membacanya, Anna merasa tak puas dengan Alkitab. Ia pun mencoba membaca Taurat dan Talmud Yahudi. Lagi-lagi ia tidak menemukan kebenaran yang dicarinya. 

Memasuki Ramadan, muncul keinginan Anna untuk mempelajari Alquran. Sekelebat membaca, Anna merasakan kitab suci umat Islam ini begitu indah, penuh kasih dan ilmiah. Keliru bila Islam tidak menghargai perempuan, seperti yang dikatakan para feminis. 

"Membaca Alquran membuatku semakin yakin dengan jati diriku sebagai muslim," kenang dia. 

Ia pun kemudian bertanya pada suaminya untuk memeluk Islam. Sang suami memintanya untuk bersabar karena menjadi muslim dianggap tak mudah. Butuh keyakinan penuh untuk menerima setiap konsekuensi yang diputuskannya. Mendengar perkataan suaminya itu, Anna segera mengiyakan.

Pada Juni 2003, Anna akhirnya memutuskan menjadi muslim. Ia pun segera pergi haji ke Tanah Suci. "Aku ingat ketika mendengar kumandang adzan. Hatiku begitu lega, air mataku mengalir deras," kenang dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement