REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Susie Evidia Y
Rendahnya spiritualitas dan rasionalitas disinyalir menjadi pemicu kecanduan paranormal.
Saat kondisi keimanan melemah bahkan goyah, akibat ragam problematika hidup yang menimpa, datanglah bisikan untuk mengambil jalan pintas. Meminta bantuan paranormal atau dukun untuk mengatasi permasalahan itu. Sebagian kuat dan tetap konstan di jalan Allah SWT, tapi tak sedikit tergelincir ke jurang kemusyrikan.
Menurut Direktur Lembaga Pengkajian dan Penerapan Tauhid Unida, Bogor, Dr Amir Mahrudin, faktor yang menyebabkan manusia percaya paranormal karena keringnya nilai-nilai ketuhanan. Dalam kondisi itu, tingkat keimanan mereka rendah sehingga mudah tertipu ulah paranormal. Sedangkan, Tuhan tak lagi tampak bagi mereka. Situasi ini,bisa menimpa siapa pun. Tak memandang status dan tingkat pendidikan.
“Jika rohani kering pergi juga ke paranormal,” tutur Amir.
Faktor lainnya, tingkat rasionalisme masyarakat masih rendah. Ketika ada sesuatu yang dianggap “benar” langsung mempercayai. Tanpa melihat bagaimana proses atau cara-cara yang ditempuh oleh sang paranormal. Sifat materialistis yang semakin mengakar, tambahnya, sangat andil membuat masyarakat ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang cepat. “Dipilihlah paranormal sebagai jalan keluar,” katanya.
Ia mengingatkan agar masyarakat tak mudah teperdaya oleh muslihat paranormal atau dukun. Ini mengingat besarnya risiko yang akan ditanggung. Tak hanya di dunia, tetapi di akhirat kelak. Percaya dukun maka tobatnya akan tertolak selama 40 hari.
Jika paranormal tersebut meninggal sebelum bertobat maka ia terancam meninggal dalam keadaan musyrik. Padahal, pelanggaran tersebut termasuk dosa besar yang tak terampuni. Ini seperti tertuang di surah Luqman. Semua dosa akan diampuni Allah, kecuali perbuatan syirik.
Agar terhindar dari paranormal, ia menyarankan agar mempertebal keimanan. Bisa lewat majelis taklim, bergaul dengan orang saleh, perkuat ibadah, dan perbanyak bacaan Alquran. “Tetap istiqamah agar terhindar dari petaka,” tambahnya.
Imbauan yang sama disampaikan pula oleh Dr KH Ahmad Mukri Ajie MA. Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan, jangan tertipu dan silau dengan ulah paranormal. Apalagi, jika paraormal memberikan benda-benda yang menurutnya sakti. Ada juga yang memberi potongan-potongan ayat Alquran.
Ini semua bahaya sekali, ungkap Amir. Ironisnya, jangankan hafal, tak sedikit dari mereka yang tidak bisa baca Alquran dengan baik dan benar. Kejadian itu pernah ia temukan riil di masyarakat. Seorang yang didaulat sebagai paranormal ternyata susah membaca surah al-Fatihah. “Umat telah dibodohi,” tegasnya.
Menurut Amir, “candu” paranormal ini tak terlepas dari hedonisme dan materealisme yang menghinggapi masyarakat sekarang. Cara-cara instan ditempuh demi meraup kesuksesan sesaat. Ini sekaligus pertanda, lemahnya keyakinan mereka terhadap kuasa Allah. Dampaknya, apa pun titah paranormal akan dilaksanakan. Asal, karier, usaha, dan jabatan bisa diraih.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor ini mengatakan, tuntunan paranormal itu banyak yang berseberangan dengan Islam. Mulai dari menganggap cincin, keris, atau benda-benda lain memiliki khasiat. Mereka menggunakan perantara jin untuk melancarkan aksinya. Tindakan ini bisa masuk kategori syirik yang dilarang.
Hukumannya, ungkap Amir, akan diganjar di dunia dan akhirat. Uang-uang yang diperoleh dengan cara yang tidak halal akan ditarik kembali oleh Allah. Perhatikan saja mereka yang meminta bantuan kepada selain Allah, ketika menghadap kepada paranormal uang mereka dikuras sang paranormal. Saat hajat terkabul, kembali harus merogoh kocek lagi.
Tidak sampai di situ, biasanya anak, istri, atau keluarga menjadi korban. Itulah buah dari usaha yang diperoleh dengan cara tidak berkah. Ia menyarankan agar memperkuat benteng iman, takwa, dan amal saleh, perbanyak tahajud, shalat dhuha, dan membaca Alquran. “Insyallah jika dilakukan dengan ikhlas, rida Allah akan kita raih,” katanya.