REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jamal berusia enam tahun ketika dibaptis. Sejak itu, ia rutin pergi ke gereja setiap Minggu.
Ia pelajari Alkitab dan mengikuti kamp musim panas Gereja. Ketika mengikuti kamp musim panas, muncul pertanyaan dalam pemikirannya. Lalu ia tanyakan hal itu kepada pendeta pembimbingnya.
"Bagaimana bisa Yesus bisa menjadi anak Allah, ketika ia adalah seorang pria seperti saya," kenang Jamal seperti dinukil dari Onislam.net, Jumat (5/4).
Sayangnya, tidak seorang pun di gereja yang bisa menjawab pertanyaannya itu. Namun, ada satu pendeta yang mengatakan kepadanya, iman itu tidak untuk melihat. "Gereja tentu memperlakukan Anda dengan baik," kata Jamal menirukan jawaban pendeta itu.
Jamal jengkel mendengar jawaban tersebut. Yang membuatnya bingung, mengapa hal sedemikian fundamen tidak bisa dijawab. Sejak itulah, ia mulai meninggalkan gereja.