Sabtu 30 Mar 2013 10:23 WIB

Ini Hebatya Muslim di Indonesia Menurut JK

Rep: Alicia Saqina/ Red: Djibril Muhammad
Jusuf Kalla
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla, menyatakan, angka pertumbuhan gereja di Indonesia lebih tinggi dibandingkan masjid. Akan tetapi, sebaliknya, pertumbuhan yang lebih tinggi itu, membuktikan betapa tingginya toleransi umat Islam di Indonesia.

JK mengatakan, dalam rentang waktu 20 tahun angka pertumbuhan masjid di Tanah Air ialah, sebesar 63 persen. Sedangkan, dalam rentang waktu yang sama, sebanyak 130 persen rumah ibadah umat kriastiani tersebut menggungguli pertumbuhan masjid.

"Ini hebatnya kita sebagai umat Muslim. Umat Muslim di Indonesia saking toleransinya terhadap umat lain,'' ujar JK, Jumat (29/3), dalam acara HUT Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) yang ke-6, di Kantor Pengurus Pusat Bamusi, Pancoran Timur, Jakarta Selatan.

Ia menjelaskan, pertumbuhan masjid sebesar 63 persen tersebut sudahlah tinggi. Akan tetapi, angka pertumbuhan gereja jauh lebih tinggi. JK mengungkapkan, saat ini jumlah keseluruhan masjid yang ada di Indonesia ialah sebanyak 290 ribu bangunan. 

Jumlah tersebut, masih belum ditambahkan lagi dengan lebih dari 500 surau dan ratusan sejenis surau. "Jadi, setiap 250 umat Muslim ada satu rumah ibadah.''

Jumlah keseluruhan masjid yang mencapai 300 ribu bangunan ini, jelasnya, sangat banyak. Sebab, angka sebesar 130 persen untuk pertumbuhan gereja yang lebih dominan tersebut, digunakan umat Kristiani yang terdiri atas adat dan budaya yang berbeda-beda.

JK mencontohkan, seseorang dari suku tertentu, pasti akan beribadah di sebuah gereja yang tertera nama sukunya. "Mereka terkotak-kotak," katanya. Sedangkan, masjid-masjid yang ada di Indonesia digunakan seluruh umat Islam dari suku dan daerah mana saja.

Sementara, di sisi lain, DMI juga menerima suatu bentuk komplain dari sebagian pihak yang menyatakan, masjid berada di mana-mana. Ia menjelaskan, sebab hal tersebut merupakan bukti umat Islam di Indonesia, begitu sangat menghargai umat lainnya (Kristiani).

Saat umat kristiani ke gereja, maka saat itu mereka mendapatkan keleluasaan waktu dalam beribadah. "Sebab, hari libur di Indonesia di hari Minggu. Masjid terpaksa banyak ditempatkan di mana-mana," ucap JK seraya tersenyum. 

Sedangkan, dalam beribadah, umat Islam memanfaatkan waktu mereka di sela-sela aktivitas dan kesibukan sehari-hari. Oleh sebab itu, masjid, mushala, surau, dan bangunan sejenisnya banyak dijumpai di hampir seluruh pusat aktivitas di Tanah Air, seperti di gedung-gedung perkantoran, pasar, pusat perniagaan, hingga pusat perbelanjaan.

JK menambahkan, tingginya toleransi beragama seperti ini lah yang hanya dimiliki umat Islam Indonesia, sebagai salah satu negara muslim terbesar. Bagi negara-negara muslim lainnya di dunia, berlangsungnya hari libur mereka, tentu di hari Jumat. "Namun, di sini, hari libur tetap di hari Minggu," senyumnya.

Sebab menurutnya, tidak ada negara di dunia dengan mayoritas penduduknya memeluk Islam, tapi hari liburnya jatuh di hari Minggu seperti di Indonesia. "Jadi, kalau mau gereja yang ada di mana-mana, tentu hari liburnya ditukar. Minggu jadi hari Jumat," canda JK.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement