REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Ada dua isu penting menjadi pembahasan pertemuan para ulama dan cendekiawan Muslim dalam konferensi Muslim Skotlandia yang berlangsung Ahad (17/3) kemarin, yakni kondisi umat Islam dan Kemerdekaan Skotlandia.
Keduanya dinilai akan mempengaruhi masa depan Muslim Skotlandia, Acara yang dihadiri 800 perserta itu mengambil tajuk “Islam Adalah Harapan”. Yang menarik, konferensi ini juga dihadiri kalangan non-Muslim.
“Kami sengaja mengundang saudara kami yang non-Muslim guna memperkuat persahabatan dan mengikuti diskusi hangat,” kata Zihad Ali, juru bicara penyelenggara, seperti dikutip The Scotsman, Senin (18/3).
Menurut Zihad, masalah yang dihadapi umat Islam ini membutuhkan pandangan obyektif dari kalangan non-Muslim. Pasalnya, informasi yang berkembang di masyarakat tidak merujuk pada hasil interaksi antara Muslim dan non-Muslim.
“Jadi, harus diakui tidak ada kesempatan dari keduanya untuk berinteraksi pada tingkat sosial dan bertukar pandangan,” katanya.
Zihad mengatakan wujud dari minimnya interaksi itu berdampak pada terperangkapnya Muslim di antara gerakan sayap kanan dan islamofobia. Di sisi lainnya, gambaran tentang umat Islam dibajak kelompok radikal. “Ini yang membuat kami dalam posisi sulit,” katanya.
Untuk itu, kata Zihad, pembicaraan antara Muslim dan non-Muslim yang terbangun dalam konferensi diharapkan mampu melahirkan solusi. Soal kemerdekaan Skotlandia, Zihad mengatakan hal itu akan mempermudah pemberlakukan hukum tertentu yang melindungi minoritas agama. Tentu saja, hal lainnya adalah ada hukum yang membentengi umat Islam dari kelompok radikal.
Sekretaris Kehakiman, Kenny McAskill, mengatakan konferensi ini membawa suasana segar dalam kehidupan beragama. Ini sekaligus membantu menciptakan pemahaman yang benar tentang Islam dan Muslim.
“Konferensi ini membantu kontribusi pelurusan pemahaman stereotip negatif,” katanya.
Skotlandia adalah rumah bagi lebih dari 500.000 Muslim, atau kurang dari satu persen dari populasi total. Dengan jumlah populasi itu, membuat Muslim menjadi komunitas agama terbesar kedua di Skotlandia.