Kamis 14 Mar 2013 19:08 WIB

Ketegaran Sang Bunga Surga Masyithah (2)

Gurun pasir (ilustrasi)
Foto: .free-extras.
Gurun pasir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Afriza Hanifa

Firaun marah bukan kepalang ketika mendengar kabar dari sang putri. Ia pun segera memanggil Masyithah ke hadapannya. Tanpa keraguan, Masyithah pun pergi memenuhi panggilan raja.

"Apa kau menyembah sesuatu selain aku?" tanya Firaun dengan suara menggelegar. Seluruh istana dibuat takut dengan amarahnya.

Masyithah pun menjawab, "Ya, saya menyembah Allah. Allah Tuhanku, Tuhanmu dan Tuhan segala sesuatu," kata Masyithah.

Firaun pun menyuruh pengawalnya untuk mengikat Masyithah kemudian menaruh seekor ular besar di hadapannya. Namun Masyithah tak merasa takut sedikitpun .

Bertambah terbakarlah emosi Firaun. Ia pun segera memanggil tangan kanannya, Hamman untuk mengeksekusi mati keluarga Masyithah.

Hamman kemudian segera mengumpulkan beberapa pengawal untuk menangkap Masyithah dan keluarganya. Ia pun kemudian memerintahkan pengawal lain untuk membuat lubang besar untuk diisi air panas layaknya kawah bara dari gunung api. Ia bermaksud merebus hingga mati Masyithah dan keluarganya.

Tibalah hari eksekusi.  Rakyat dikumpulkan untuk menyaksikan  hukuman ala Firaun. Masyithah, bersama sang suami dan empat orang anak termasuk satu bayi yang digendongnya  siap menghadapi hukuman keji tersebut.

Mereka melihat kubangan besar berisi air mendidih yang siap melepuhkan tubuh mereka. Namun hati mereka tak gentar dengan siksaan dari seorang manusia. Mereka memilih beriman kepada Allah, Tuhan seluruh manusia.

Sebelum dilempar ke air mendidih, mereka ditanya oleh Hamman apakah masih akan terus mengimani Allah dan enggan menuhankan Firaun? Mereka menjawab, "Allah adalah Tuhanku, Tuhan Firaun dan Tuhan seluruh alam. Kami akan terus beriman kepada Allah sekalipun harus terjun ke kawah mendidih."

Maka bulatlah keputusan Hamman untuk memasak mereka hidup-hidup dalam kubangan air yang mendidih. Suami Masyitah pertama kali yang mendapat giliran. Tubuhnya langsung dilalap air yang mendidih, tinggal seonggok daging gosong tak bernyawa.

Melihat eksekusi keji tersebut, Hamman terbahak-bahak dan terus menghina orang-orang yang beriman kepada Allah. (bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement