Senin 04 Mar 2013 06:51 WIB

Kisah Raja Zalim Pembuat Parit (3)

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Heri Ruslan
Gurun pasir di Mesir
Gurun pasir di Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, Namun kegembiraan sang raja dalam waktu singkat berubah menjadi angkara murka ketika mendapati si pemuda merupakaan hamba Allah yang taat. Sang pemuda dianggap berkhianat dan menentang sang raja.

"Sungguh saya tidak dapat menyembuhkan apapun. Yang menyembuhkan itu semua adalah Allah Ta'ala," ujar si pemuda. Maka raja pun segera menyuruh pengawal untuk menangkap si pemuda dan menyiksanya.

Hingga kemudian raja mendapati kabar sang rahib yang menjadi guru si pemuda. Maka sang rahib pun ditangkap dan dibawa kehadapan raja. "Keluarlah dari agamamu!" titah raja geram. Tentu sang rahib enggan menurutinya. Raja pun kemudian mengeluarkan perintah untuk menggergaji tubuh si rahib. Maka terbelahlah tubuh si rahib menjadi dua.

Setelah menghukum sang rahib, giliran si pemuda yang mendapati hukuman mati. Sama seperti si rahib, si pemuda pun diminta meninggalkan keimanannya pada Allah. Namun si pemuda menolak. Sang raja pun segera memberikan perintah kepada prajuritnya, "Bawalah pemuda ini ke gunung, bawalah ke puncaknya. Jika ia melepas keyakinannya maka bawa ia pulang. Jika ia tetap enggan, maka lemparkan ia dari puncak gunung," kata Raja.

Hukuman pun dijalankan. Si pemuda hanya dapat menerima cobaan keimanannya dengan berserah diri pada Allah. Ia pun terus berdoa kepada Allah agar menyelamatkannya. Mengejutkan, saat prajurit raja membawanya ke puncak, Allah menggetarkan gunung hingga terpelantinglah pasukan sang raja. Adapun si pemuda itu selamat kemudian berjalan pulang menemui raja.

"Apa yang kau lakukan pada prajuritku?!" seru raja terkejut melihat si pemuda masih hidup. "Allah menyelamatkanku dari mereka," jawab si pemuda.

Makin geramlah amarah raja. Ia kemudian meminta prajuritnya yang lain untuk menenggelamkan si pemuda di tengah laut. Namun hal serupa pun terjadi sama seperti hukuman sebelumnya. Allah menyelamatkan si pemuda, ia pun kembali menghadap raja menunjukkan kekusaan Allah. Sang raja keji itu pun tak habis pikir dengan keajaiban si pemuda, namun ia tetap angkuh dan enggan mengimaninya.

"Sungguh kau tak akan dapat membunuhku sampai kau melakukan apa yang kuperintahkan," kata si pemuda. "Apa itu?" tanya raja yang sudah kehilangan cara untuk membunuh si pemuda.

"Kumpulkanlah seluruh manusia di sebuah tempat, saliblah aku di sebatang pohon, kemudian ambil sebusur panah dari kantong panahku. Ucpkanlah "Bismillah Rabbil Ghulam, Dengan nama Allah, Rabb si pemuda" sebelum kau menembakku dengan busur itu. Jika kau melakukannya, niscaya kau dapat embunuhku," ujar si pemuda tenang.

Sang raja pun melakukan apa yang dikatakan si pemuda. Ia pun mengucapkan "Bismillah Rabbil Ghulam" disaksikan seluruh rakyatnya. Si pemuda mati syahid setelah busur panah mengenai pelipisnya. Sang raja girang. Namun ia tak tahu, bahwa setelah peristiwa eksekusi si pemuda, rakyatnya kemudian berbondong-bondong mengimani tuhan si pemuda, Allah Ta'ala.

Raja keji itu tak menyadari keimanan rakyatnya. Hingga kemudian beberapa pengikutnya mengabarkan hal tersebut. "Apa Tuanku telah melihat, yang telah dikhawatirkan selama ini telah terjadi, demi tuhan telah terjadi, banyak orang telah berian kepada Allah," ujarnya. Sontak, memuncaklah amarah sang raja.

Ia pun segera memerintahkan hukuman bagi siapa saja rakyatnya yang beriman kepada Allah. "Galilah parit-parit besar dan nyalakan api didalamnya! Siapa saja yang enggan keluar dari keyakinannya menyembah Allah, bakarlah hidup-hidup di dalam parit itu!" ujar sang raja geram.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement