REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa
Dalam kondisi kebimbangan tersebut, sang pemuda yang tengah merenung didatangi seekor binatang raksasa. Binatang tersebut kemudian mengganggu sekumpulan orang yang tengah melakukan safar. Melihatnya, sang pemuda merasa harus menyelamatkan mereka.
Ia pun kemudian berkata, "Hari ini saya akan tahu, siapakah yang lebih utama, si tukang sihir ataukah sang rahib," ujarnya seraya memungut sebongkah batu. Dengan keimanannya pada Allah, tuhan semesta alam, ia pun memohon bantuanNya.
"Ya Allah, jikalau ajaran si rahib itu lebih Engkau cintai daripada ajaran tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini agar manusia bisa berlalu," doa si pemuda. Ia pun kemudian melempar batu itu ke arah hewan raksasa itu.
Matilah hewan buas itu. Para musafir selamat dan melanjutkan perjalanannya. Namun yang terpenting, si pemuda mendapati kepastian bahwa jalan si rahib lah yang benar dan ridhai Allah.
Pemuda itu pun bersegera menemui sang rahib untuk berguru. Ia mengisahkan pengalamannya melawan hewan raksasa. Si rahib pun melihatnya sebagai keutamaan si pemuda atas anugerah Allah.
"Wahai anakku, hari ini kau lebih utama dariku. Kedudukanmu sudah sampai pada tahap jauh yang kulihat sekarang ini. Sungguh kau pasti akan menerima cobaan, maka apabila cobaan itu menimpamu, janganlah kau menujuk diriku," pesan sang rahib.
Nyata, Allah telah memberikan keutamaan pada si pemuda. Tak lama, pemuda tersebut mejadi seorang shalih yang muia. Ia memiliki beragam kemampuan atas rahmat Allah. Ia mampu mengobati orang yang buta, sopak dan penyakit lain. Tak sedikit warga yang disembuhkan oleh pemuda. Namanya pun sontak terkenal di seluruh penjuru negeri.
Kabar kemampuan luar biasa pemuda itu pun sampai ke istana. Seorang teman raja yang menderita buta kemudian menemui sang pemuda. Ia membawa banyak hadiah bagi si pemuda agar dapat menyembuhkan buta matanya. "Semua hadiah yang saya bawa ini untumu, jika kau dapat menyembuhkan saya dari buta," ujarnya.
Sang pemuda pun menimpali ringan, "Sesungguhhnya saya tidak dapat menyembuhkan apapun. Namun yang menyembuhkan itu adalah Allah. Jika kau beriman kepada Allah, maka aku doakan kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu".
Teman raja itu pun kemudian beriman kepada Allah. Penyakitnya lalu diangkat oleh Allah atas rahmat dan kekuasaanNya. Dengan mata yang dapat melihat kembali, ia pun begitu bergembira kemudian menemui sang raja. "Siapa yang telah mengembalikan penglihatanmu?" tanya sanga raja terkejut melihat temannya yang buta tiba-tiba dapat melihat normal.
"Tuhanku," jawab teman raja. Geramlah sang raja mendengsr jawaban temannya, "Apa kau punya tuhan selain aku?!" seru raja. "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah," jawab temannya beriman. Namun sang raja dengan keangkuhannya kemudian menyeret temannya ke penjara. Ia disiksa karena beriman kepada Allah.
Tak sebatas itu, sang raja masih menelusuri siapakah gerangan yang menyembuhkan temannya, siapakah gerangan yang menyembah Allah. Kemampuan sang pemuda pun sampai ke telinga raja. Ia pun memanggilnya dan tersentak karena si pemuda itu ternyata bukan lain adalah calon tukang sihir kerajaan yang pernah ia utus.
Awalnya sang raja pun girang karena menyangka kemampuan si pemuda merupakan hasil pembelajaran sihir. "Wahai pemuda, telah sampai padaku kabar kehebatan sihirmu yang dapat menyembuhkan buta dan cacat. Kamu juga melakukan ini dan itu," kata sang raja girang. (bersambung)