REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heri Ruslan
Islam di Georgia terbilang memiliki pengaruh yang besar. Di negara itu terdapat sedikitnya tujuh Madrasah (sekolah agama Islam) di Georgia. Umat Islam di Georgia ada yang beraliran Suni dan ada pula yang Syiah. Kedua penganut aliran dalam Islam itu hidup saling berdampingan.
Islamofobia masih menjadi fenomena yang mengkhawatirkan di Georgia. Banyak orang Georgia yang khawatir terhadap ideologi Islam dan pengaruh luar yang dapat menyebabkan kekerasan internal. Keberadaan Muslim Chechec Kists kerap kali menjadi suatu sumber ketegangan politik antara Georgia dan Rusia.
Untunglah Georgia di bawah kepemimpinan Mikheil Saakashvili mulai memperhatikan aspirasi umat Islam. Baru-baru ini, Saakashvili menyerukan agar izin pembangunan masjid di Georgia tak boleh lagi dipersulit. Sebelumnya, umat Islam sangat sulit untuk membangun masjid, karena proses perizinannya begitu sulit.
‘’Dengan menolak untuk membangun mesjid di Georgia, sama artinya bagi kita menolak hak ratusan ribu Muslim yang tinggal di wilayah ini untuk menjadi warga negara Georgia,’’ kata Presiden Georgia, , melalui saluran televisi PIK.
Menurut Saakashvili, mendirikan masjid bukanlah masalah agama, tapi hak seluruh penduduk Georgia untuk beribadah. ‘’Mereka tidak dapat ditolak haknya untuk mempraktikkan tradisi agama mereka,’’ ungkap sang Presiden. Kebijakan Saakashvili itu banyak ditentang masyarakat non-Muslim.
‘’Sangat mudah untuk membuang slogan populis, tapi kita harus memiliki sikap tanggung jawab terhadap sesama warga negara kita terlepas dari identitas agama dan asal usulnya,’’ paparnya. Pemerintah Georgia pun menandatangani kesepakatan dengan Turki.
Kesepakatan itu berupa mempermudah perizinan pembangunan masjid di Georgia dan perbaikan gereja di Turki. Kebijakan Presiden Mikheil Saakashvili itu tentu menjadi angin segar bagi umat Islam Georgia di tengah merebaknya Islamofobia di negara itu.
Sebagai minoritas, sungguh tak mudah bagi Muslim Georgia untuk menjalani kehidupan beragama. Bahkan, menurut laman Caucaz, umat Islam cenderung untuk sulit diakui dalam ideology nasional baru Georgia. Terlebih, rezim Saakashvili lebih cenderung menerapkan nilai-nilai Kristen.
Sebagai salah satu bukti, Rezim Saakashvili menggunakan bendera baru sebagai symbol negara itu. Lambang Raja David yang dipakai pada bendera negara itu menunjukkan bahwa Georgia berupaya untuk membangunkan kembali negara Kristen.
Komunitas Muslim
Kekuatan umat Islam di Georgia terdapat pada etnis Ajarian dan Azeris. Selain itu ada pula komunitas Muslim lainnya yang lebih kecil, yakni Abkhaz. Orang-orang etnis Abkhaz dikenal dengan sebutan Abkhazian. Mereka tinggal dan menetap di wilayah Abkhazia dan kota-kora lainnya di Georgia.
Etnis kecil lainnya yang memeluk Islam adalah Kistin. Mereka menetap di lembah Pankisi – tepatnya di Timur Laut Georgia. Jumlah komunitas Muslim dari etnis itu mencapai 12 ribu jiwa. Mereka merupakan pengikut Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah.