Jumat 01 Feb 2013 11:37 WIB

Mujaddid Abul Aswad Ad-Duali, Penemu Kaidah Nahwu (Bagian-2. Habis)

Rep: afriza hanifa/ Red: Damanhuri Zuhri
Seorang santri tengah membaca kitab kuning
Seorang santri tengah membaca kitab kuning

REPUBLIKA.CO.ID,Dalam Ensiklopedi Peradaban dikisahkan, Ad-Duali pada suatu hari melewati seorang yang tengah membaca Al-Qur'an. Ia mendengar surah At-Taubah ayat 3 dibaca dengan kesalahan harakat di ujung kalimat. Meski hanya satu kesalahan harakat, namun artinya sangat jauh berbeda.

Ad-Duali mendengar orang itu membaca Anna Allaha bari'um -mina-l musyrikiin wa rasuulihu seharusnya dibaca Rasuluhu Jika diartikan akan sangat jauh berbeda. Pembacaan pertama yang salah tersebut berarti "Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya.”

Tentu saja arti tersebut menyesatkan, karena Allah tidak pernah berlepas dari utusanNya. Makna kalimat yang semestinya yakni “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik.” Hanya satu harakat, tapi mengubah arti yang begitu banyak.

Sejak peristiwa itulah, Ad-Duali mulai menekuni Nahwu dan berkeinginan memperbaiki Bahasa Arab. Ia khawatir jika tak dibuat sebuah kaedah, Bahasa Arab akan mudah lenyap begitu saja.

Mengingat di era kekhaifan Ar-Rasyidin pun, sudah terdapat kesalahan baca Al-Qur'an. Mulailah Ad-Duali membuat kaedah tata bahasa Arab.

Ketika itu, belum digunakan fathah, dhamah ataupun kasrah. Ad-Duali mengunakan sistem titik berwarna merah sebagai syakal kalimat. Titik-titik tersebut yakni, sebuah titik di atas huruf dimaknai a yakni fathah, satu titik di bawah huruf dibaca i atau kasrah, satu titik di sebelah kiri huruf dibaca u yakni dhammah.

Adapun tanwin (dua fathah, dua kasrah dan dua dhammah) tinggal menambah titik tersebut menjadi dua buah. Titik-tik tersebut dicetak merah agar membedakan dengan tulisan Arab yang menggunakan tinta hitam.

Dalam perkembangannya, upaya Ad-Duali ini disempurnakan oleh beberapa muridnya yakni Nasr Ibn ‘Ashim (w. 707 M) dan Yahya Ibn Ya’mur (w. 708 M). Mereka melakukan penyempurnaan harakat tersebut pada masa pemerintahan Abdul Malik Ibn Marwan di Dinasti Umayyah.

Selain keduanya, Ad-Duali juga memiliki beberapa murid lain yang juga pakar dalam bahasa Arab. Beberapa muridnya yakni Abu Amru bin ‘alaai, Al Kholil al Farahidi al Bashri yang merupakan pelopor ilmu arudh dan penulis Kamus Arab pertama.

Tak hanya harakat, Ad-Duali melahirkan banyak kaedah tata bahasa Arab yang hingga kini masih menjadi patokan atau rujukan. Sejak dikenal sebagai peletak dasar ilmu i'rab, maka banyak orang datang untuk belajar ilmu qira'ah ataupun dasar ilmu i'rab. ia mencurahkan hidupnya untuk menelaah ilmu nahwu, hingga wafatnya pada tahun 688 masehi di Basrah.

Kaedah nahwu Ad-Duali ini dikenal mengusung mazhab Bashrah. Pada perkembangan bahasa Arab, muncul dua  mazhab yakni Bashrah dan Kufi. Kedua mazhab tersebutlah yang sangat gencar menyebarkan ilmu nahwu ke penjuru dunia.

n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement