REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nashih Nasrullah
Dunia fana
Nafisah sadar dan meyakini dunia fana. Ia pun berpaling darinya. Ia membaktikan diri sepenuhnya untuk Allah SWT. Ia menempuh jalan zuhud. Mengisi hari-harinya dengan beribadah. Shalat malam dan berpuasa di siang hari.
Di sudut rumahnya, ia menggali tanah hingga menyerupai liang lahat. Di lubang itulah, ia shalat dan banyak menelaah Alquran. Seperti dikisahkan, ia membaca Alquran sebanyak 190 kali di lokasi itu.
Ketekunannya itu tak luput dari perhatian sang suami. Ia meminta agar Nafisah memperhatikan pula kondisi fisiknya. Ia tetap konsisten di jalannya. “Barang siapa yang beristikamah bersama-Nya, maka alam semesta ada di genggaman dan akan menaatinya,” katanya.
Nafisah adalah sosok yang berhati-hati (wara'). Tak terkecuali soal makanan. Ia tidak pernah memakan apa pun kecuali dari harta suaminya. Ini berdampak pada kekuatan doa yang ia panjatkan. Doa nafisah terkenal mujarab.
Konon, Imam Ahmad bin Hanbal pernah sengaja meminta doanya. Satu per satu warga Mesir mulai menyadari kedudukan Nafisah. Tiap hari mereka memadati rumah Nafisah. Ada yang ingin belajar, sebagiannya ingin mengharapkan doa.
Kondisi ini membuatnya resah. Ia semakin sulit beribadah. Waktunya tersita. Ia memutuskan meninggalkan Mesir dan kembali ke Madinah. Tak lama kabar itu terdengar oleh otoritas Mesir, Sirr al-Hakim, turun tangan.
Sang penguasa mencegah rencana tersebut. Sebagai solusi, tempat tinggal Nafisah dipindahkan di kawasan Darb as-Siba'. Jadwal kunjungan dibatasi hanya dua hari, yaitu Sabtu dan Rabu.