REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Sejak diperkenalkan beberapa tahun lalu, program studi Islam menarik minat masyarakat Jerman. Itu membuat program tersebut sangat populer di Jerman, bahkan luar negeri.
Pengajar Studi Islam, Universitas Berne, Swiss, mengaku baru kali ini melihat program teologi seperti menjadi magnet mahasiswa Eropa. "Saya belum pernah melihat fenomena seperti ini," kata dia seperti dikutip Deutsche Welle, Kamis (17/1).
Pendapat senada juga diungkap pengajar Universitas Erlangen. Menurut dia, program ini telah menarik mahasiswa untuk berkuliah di kampusnya. Hal itu juga dirasakan, Pakar Studi Islam, Bulent Ucar yang tak ragu mengucapkan rasa terima kasihnya kepada politisi federal dan negara bagian atas komitmennya selama beberapa tahun terakhir.
Namun, harus diakui, tidak semua wilayah Jerman mau menerima program tersebut. Akantetapi, belum diterimanya program itu dikarenakan masalah teknis. Praktis hingga kini, baru Hamburg dan Bremen yang sukses dalam pelaksanaan program tersebut.
Saat ini, pemerintah Jerman memperkirakan untuk keperluan studi Islam dibutuhkan 2.200 guru. Sebenarnya itu bisa ditutupi dengan kehadiran 1.000 imam di Jerman. Namun, mereka tidak masuk hitungan karena belum memiliki kualifikasi akademis sebagai pendidik.
Karena itulah, sejak 2010 silam, Dewan Teologi Islam dibentuk guna menjaga kualitas program studi Islam. Per tiga tahun, setiap program studi Islam yang dijalankan bakal mendapat supervisi dari lembaga ini.
Secara terpisah, Menteri Pendidikan Jerman, Annette Schavan sendiri telah menyiapkan empat pusat studi teologi Islam di Munster (Onasbruk), Tubingen, Frankfurt (Giesen) dan Nurnberg (Erlangen).
Menteri Muda bidang Pendidikan, Thomas Rachel, menyambut baik perkembangan program studi Islam. "Sangat menarik melihat perkembangannya. Apalagi program studi ini sangat diminati mahasiswa Eropa, seperti Swiss, Prancis dan Inggris. Kelak akan berdatangan mahasiswa asal Asia," kata dia.
Sementara itu, tantangan ke depan, dari pelaksanaan program studi Islam ini masih terletak pada kendala bahasa. Selain itu, jumlah profesor dibidang ini juga masih terbatas. Karena itu,ke depan, kedua masalah ini akan menjadi fokus perbaikan pelaksanaan program tersebut.