REPUBLIKA.CO.ID, GIBRALTAR-- Di masa lalu, Gibraltar sempat menjadi saksi pengaruh kejayaan Islam. Pergantian zaman membuat peninggalan yang ada nyaris tak tersisa. Semua bangunan yang terkoneksi dengan kejayaan Islam hancur nyaris tak berbekas.
Salah satu bangunan yang tersisa itu adalah benteng Moor, atau lebih tepatnya sisa-sisa benteng Moor. Kemegahan benteng itu masih terlihat. Tampak sisa bangunan menara yang menjulang berikut gerbang dan dinding benteng yang kokoh.
Menurut catatan sejarah, benteng ini dibangun oleh penakluk Gibraltar Tarik Ibn Ziyad pada abad ke-8. Sisa bangunan lainnya, yakni istana tempat penguasa Muslim menetap, memang sudah hancur. Posisi istana itu kini digantikan Masjid Ibrahim Al Ibrahim.
Pola masjid ini mengikuti istana, yakni menghadap wilayah Eropa. Masjid yang dibangun tahun 1997 ini sebenarnya memiliki banyak nama, seperti Masjid Penjaga Dua Masjid Suci, dan Raja Fahd bin Abdulaziz Al-Saud. Namun, masyarakat dan wisatawan lebih mengenal nama Masjid Ibrahim Al-Ibrahim.
Masjid ini dibangun sebagai hadiah mendiang raja Saudi saat berkunjung ke wilayah ini. Ukuran masjid sangat besar, karena tidak hanya sekedar berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga pendidikan, perpustakaan dan fungsi lainnya. Biaya yang dikeluarkan untuk masjid ini mencapai 5 juta pound.
Konon masjid ini memiliki tangki bawah tanah yang dipercaya sudah ada sejak zaman Moors. Tangki tersebut terdapat di samping masjid.
Daerah ini memang dulu pernah dikuasai oleh kaum Moors. Bahkan kapel besar yang dinamakan Shrine of Our Lady of Europe yang terletak tidak terlalu jauh dari Masjid Ibrahim Al Ibrahim di Eropa Point dulu merupakan bekas masjid kecil yang dimiliki oleh kaum Moors pada abad ke-15.
Tak jauh dari keduanya terdapat Mercusuar Eropa Point yang tampak megah dan indah. Mercusuar ini dibangun oleh Gubenur Alexander Woodford dan terletak di pintu gerbang antara Altlantik dan Mediterania.
Mercusuar ini dibangun pertama kali tahun 1841. Kini dioperasikan secara otomatis dengan jangkauan cahaya sekira 19 mil laut dari cahaya putih yang dipancarkannya dan 15 mil laut untuk lampu merah.
Kejayaan Islam di masa lalu memang memudar. Yang tersisa adalah sejumlah bangunan yang hancur selama peperangan. Kini, bangunan itu banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik yang berasal dari dunia Islam maupun Eropa.