Senin 07 Jan 2013 21:34 WIB

Mahalnya Dakwah 'Ustaz Seleb' (2)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
Pengajian artis yang dipandu oleh Ustadz Ahmad Al-Habsyi (ilustrasi).
Foto: Republika/M Sakir
Pengajian artis yang dipandu oleh Ustadz Ahmad Al-Habsyi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Fenomena ustaz seleb sudah cukup mengkhawatirkan.

Mely Rosmiati, seorang pembaca setia Republika Online (ROL), juga pernah punya pengalaman mengundang ustaz seleb.

Menurut pengajar Sekolah Islam Terpadu Cordova di Sumedang, Jawa Barat, ini, sang ustaz diundang untuk mengisi acara maulidan.

Ternyata, ustaz itu meminta bayaran Rp 20 juta, belum termasuk biaya akomodasi menginap di hotel serta uang transpor.

“Saya nawar Rp 5 juta nggak dikasih. Akhirnya nggak jadi, deh. Uangnya nggak cukup. Itu saya ngundang tahun 2007, mungkin sekarang sudah naik kali ya, harganya,” tulis Mely di laman Facebook RoL.

Pembaca RoL lainnya, Aulia Naufal, yang merupakan alumnus Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, menyatakan kekhawatirannya bila para ustaz-ustaz muda tersebut hanya menjadikan agama sebagai tameng untuk mengejar duniawi, namun tidak mengerjakan apa yang dikatakannya.

Aulia menyebutnya sebagai man’an wa haatin, menolak kewajiban dan menuntut yang bukan haknya. “Maka, dia menjual agama dengan sangat murah dan hina. Na’udzubillahi min dzalik.”

Patokan harga yang melangit serta perilaku yang kerap tidak mencerminkan teladan baik itu juga dikritisi oleh sejumlah mahasiswa.

Yeni Aryati Safitri, mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, menilai, fenomena ustaz seleb sudah cukup mengkhawatirkan. Ia pun menyorot gaya hidup ustaz yang sering membeli barang mewah.

“Anehnya, perilaku seperti itu dibiarkan untuk diliput media. Rasanya kurang pantas saja mengingat masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan,” katanya.

Menurut Yeni, berdakwah itu seharusnya dilakukan secara ikhlas. Namun, untuk ustaz yang menerima bayaran, kata dia, tak bisa diasumsikan telah menjual ayat-ayat Alquran.

“Apa yang para ustaz lakukan itu sudah merupakan kewajiban sebagai manusia beragama. Hanya, nilai dari dakwah atau syiar yang dilakukan para ustaz itu jangan dipatok dengan nominal uang yang berlebihan,” kata mahasiswi yang kini menjabat sebagai ketua Komisariat FISIP HMI Cabang Ciputat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement