REPUBLIKA.CO.ID, Di sinilah perlu kehati-hatian dari umat Islam untuk mencermati olahan daging, termasuk bakso.
Kedua, ketika dibelah warna daging babi lebih merah dibandingkan daging sapi yang kecokelatan.
Ketiga, bau daging babi lebih amis, sedangkan daging sapi aromanya khas dan tidak menimbulkan bau menyengat. Sayangnya, ciri-ciri tersebut agak sulit dikenali bila daging sudah diolah dan dicampur dengan bahan yang lain.
Titik kritis
Selain daging sebagai bahan utama bakso, ada beberapa titik kritis kehalalan yang patut disimak dari bakso. Pembuatan bakso menggunakan tambahan tepung tapioka, garam MSG (Monosodium Glutamate), STPP (Sodium Tripolyfospat), dan TIO2 (Titanium dioksida).
Untuk tepung tapioka, tidak ada titik kritis kehalalan selama tanpa tambahan zat aditif. Kehalalan tapioka dari bahan nabati alami, yaitu hasil penggilingan singkong.
Bakso menjadi kenyal bila dicampur dengan STTP (Sodium Tripolyfospat). Sedangkan, agar warnanya lebih cerah ditambah dengan TIO2 (Titanium dioksida).
Kedua bahan tersebut, menurut Wakil Ketua Direktur LPPOM MUI, Ir Muti Arintawati MSi, merupakan hasil olahan zat kimia sehingga dari segi kehalalannya dianggap aman.
Hanya saja, kedua bahan itu unsurnya haruslah aman dari segi kesehatan. Bila tidak memenuhi unsur tayib maka bisa berubah menjadi haram.
Untuk menjaga daya tahan bakso, oknum pembuatnya menambahkan bahan-bahan, seperti tawas, boraks, potasium klorida, maupun formalin. Bahan-bahan ini dilarang digunakan. Itu karena berbahaya bagi kesehatan konsumen.
“Oleh karenanya, tambahan makanan tersebut tidak halal untuk dimasukkan pada makanan, khususnya bakso,” ujar Muti.
Ia menambahkan, kebanyakan pedagang bakso menghaluskan daging mereka di penggiling. Ini terkadang tanpa disertai pengawasan secara langsung proses pembuatannya. “Sehingga, sulit terdeteksi bahan apa sajakah yang digunakan,” kata Muti.