Senin 24 Dec 2012 11:20 WIB

Petra: Misteri Kota Berdinding Batu

 Kota Petra
Foto: culturefocus.com
Kota Petra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heri Ruslan

Kota Petra sempat hilang dari peradaban manusia selama 500 tahun, tepatnya sejak berakhirnya Perang Salib pada abad ke-12 M.

Berjarak sekitar 3-5 jam perjalanan dari kota Amman, Yordania, terdapat sebuah situs bersejarah. Bahkan, pada 2007 situs tersebut menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia. Peninggalan bersejarah yang  begitu indah dan menakjubkan itu bernama Kota Petra.

Petra dalam bahasa Yunani berarti batu. Sedangkan, orang Arab menyebutnya al-Bitra. Situs arkeologi itu terletak di sebuah dataran rendah yang diapit oleh gunung-gunung yang membentuk sayap. Sejarah kota Petra pun tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Hadis tersebut memang tak menjelaskan secara langsung kota Petra. Namun, yang disebuat adalah bangsa Arab kuno bernama Anbath Asy-Syam. Menurut kitab Al-Qamus al-Islami, kota Petra yang indah dan menakjubkan merupakan peninggalan Anbath Asy-Syam – yakni bangsa Arab kuno yang tinggal di antara Semenanjung Sinai dan Harun. 

Kota itu sempat menjadi pusat perdagangan para kafilah yang melakukan perjalanan antara Mesir, Jazirah Arab, dan Syam. Di awal kemunculan Islam, menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Hadith al-Nabawi, ada beberapa peninggalan bangsa Anbath yang telah bercampur dengan bangsa lain.

‘’Konon, peradaban bangsa Anbath memiliki jenis tulisan (kaligrafi) yang dinamakan Khath Nabthi ,’’ ujar Dr Syauqi.  Kota Petra sempat hilang dari peradaban manusia selama 500 tahun, tepatnya sejak berakhirnya Perang Salib pada abad ke-12 M.

Kota yang hilang itu baru diketahui peradaban Barat pada 1812. Adalah petualang berkebangsaan Swiss bernama Johann Ludwig Burckhardt yang kembali memperkenalkan kota itu. Yang mengetahui keberadaan kota itu adalah suku Badui yang tinggal di sekitar wilayah itu.

Keindahan dan kemegahan kota Petra dilukiskan oleh BBC dalam seuntai kalimat, ‘’Ini adalah satu dari 40 tempat yang harus Anda lihat sebelum mati.’’ Betapa tidak. Petra merupakan kota yang unik. Kota itu dibangun dengan cara memahat dinding-dinding batu.

Kota Petra merupakan simbol teknik dan perlindungan. Kota tersebut didirikan dengan menggali dan mengukir cadas setinggi 40 meter. Tak heran, jika  kota  itu sulit untuk ditembus musuh. Petra pun dikenal sebagai kota yang aman dari bencana alam, seperti badai pasir.

Kota itu di kelilingi gunung-gunung. Salah satunya ada yang memiliki ketinggian  sekitar 1.350 meter di atas permukaan laut. Gunung tertinggi itu disebut Gunung Harun (Jabal Harun) atau Gunung Hor atau El-Barra. Banyak yang meyakini, di puncak Jabal Harun itulah Nabi Harun meninggal dan dimakamkan oleh Nabi Musa. Konon, Rasulullah SAW pernah mengunjungi gunung itu bersama pamannya Abu Thalib, saat berdagang ke Syam (Suriah). 

Tradisi Arab meyakini,  Petra  merupakan tempat Nabi Musa (Musa) memukul batu dengan tongkatnya hingga keluarlah air dari batu tersebut.  Di kota itu juga terdapat nama tempat  Wadi Musa untuk menyebut  lembah sempit di wilayah itu.

 

Pada abad ke-14 Masehi, sebuah masjid dibangun di tempat itu dengan kubah berwarna putih yang terlihat dari berbagai area di sekitar Petra. Konon, Nabi Harun tiba di wilayah  itu ketika mendampingi Nabi Musa membawa umatnya keluar dari Mesir dari kejaran Raja Firaun.

Petra didirikan enam tahun Sebelum Masehi. Ia merupakan ibukota kerajaan Nabatean. Adalah Raja Aretas IV yang membangun kota yang unik dan ajaib itu.  Konon, Suku Nabatean membangun  kota Petra dengan sistem pengairan yang luar biasa rumit.  Peradaban itu memiliki teknologi hidrolik untuk mengangkat air.

Untuk menghidupi penduduknya, di kota itu, terdapat terowongan dan bilik air untuk menyalurkan air bersih ke kota. Selain itu, mereka  juga sangat mahir dalam membuat tangki air bawah tanah untuk mengumpulkan air bersih yang bisa digunakan saat mereka bepergian jauh. Sehingga, di mana pun mereka berada, mereka bisa membuat galian untuk saluran air guna memenuhi kebutuhan mereka akan air bersih.

Di akhir abad ke-4 Sebelum Masehi, berkembangnya dunia perdagangan membuat suku Nabatean turut berkecimpung dalam perdagangan dunia. Rute perdagangan dunia mulai tumbuh subur di bagian selatan Yordania dan selatan Laut Mati. Mereka lalu memanfaatkan posisi tempat tinggal mereka yang strategis itu sebagai salah satu rute perdagangan dunia.

Suku Nabatean akhirnya bisa menjadi para saudagar yang sukses, dengan berdagang dupa, rempah-rempah, dan gading yang antara lain berasal dari Arab bagian selatan dan India timur. Letaknya yang strategis untuk mengembangkan usaha dan hidup, serta aman untuk melindungi diri dari orang asing, membuat suku Nabatean memutuskan di kota batu itu.

 

Untuk mempertahankan kemakmuran yang telah diraih, mereka memungut bea cukai dan pajak kepada para pedagang setempat atau dari luar yang masuk ke sana. Suku Nabatean akhirnya berhasil membuat kota internasional yang unik dan tak biasa.

Seiring waktu, kota Petra pun dihuni  puluhan ribu warga, hingga akhirnya berkembang menjadi kota perdagangan karena terletak di jalur distribusi barang antara Eropa dan Timur Tengah. Pada tahun 106 Masehi, Romawi mencaplok Petra, sehingga peran jalur perdagangannya melemah.

Sekitar 700 M, sistem hidrolik dan beberapa bangunan utama yang menunjang kehidupan masyarakat di kota itu  hancur menjadi puing.  Petra pun menghilang dari peta bumi saat itu dan tinggal legenda. Hingg akhirnya ditemukan lagi pada Abad ke-12 M.

sumber : berbagai sumber
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement