Selasa 18 Dec 2012 21:31 WIB

Ashabus Sabt, Monyet Pelanggar Hari Sabtu (5-habis)

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: americanthinker.com
Ilustrasi

Melawan Godaan

Entah apa pun kebenaran nama desa ataupun nasib para kera, kisah tersebut telah memberi banyak pelajaran.

Bahkan, seorang sahabat Ibnu Abbas pun menangis saat teringat kisah tersebut. Melawan godaan dalam menjalankan perintah Allah merupakan salah satu hikmah yang dapat dipetik dari kisah Ashabus Sabt.

Kaum Yahudi dalam kisah tersebut tenggelam dalam nafsu dan tak sabar melawan godaan. Mereka justru berkilah, merekayasa dengan intrik licik. Padahal, setiap hamba wajib menaati perintah Allah.

Di balik setiap godaan, cobaan, ataupun ujian yang dihadapi pasti terdapat rahasia Ilahi. Dengan melewatinya, berarti kita lulus dalam ujian ketakwaan dan meningkatkan derajat kita di sisi Allah.

“Dan sungguh Kami benar-benar akan menguji kamu dengan sedikit rasa takut, kelaparan, dan kekurangan harta, hilangnya jiwa, dan sedikitnya buah-buahan,” disebutkan dalam Surah al-Baqarah ayat 155.

Rasulullah pun bersabda, “Seseorang itu akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Apabila orang itu kuat agamanya maka semakin keras ujiannya. Kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka musibah dan ujian itu sentiasa menimpa seorang hamba hingga dia ditinggalkan berjalan di atas muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi).

Selain itu, amar makruf nahi mungkar juga menjadi hikmah lain dalam kisah tersebut. Para ulama dan orang saleh dalam kisah tersebut selamat dari azab Allah karena melawan kemungkaran dan menyerukan kebaikan.

Sikap tersebut menjadi pedoman setiap Muslim, sebagaimana dalam Surah Ali Imran ayat 104, “Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah juga bersabda, “Barang siapa melihat suatu kemungkaran hendaklah ia merubah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dengan lidahnya (ucapan). Dan, apabila tidak mampu juga, hendaklah dengan hatinya dan itu selemah-lemah iman.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement