Selasa 18 Dec 2012 18:58 WIB

Ashabus Sabt, Monyet Pelanggar Hari Sabtu (2)

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: americanthinker.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Godaan para setan pun berhasil menguasai akal pikiran para Yahudi. Sekelompok warga pun menemukan cara menyiasati perintah Allah.

Mereka berencana menggali telaga atau kolam di tepi laut. “Sesungguhnya kita hanya dilarang untuk menangkap ikan pada hari Sabtu,” ujar seorang warga.

“Karena itu, marilah kita mebuat kolam perangkap agar ikan-ikan itu terperangkap di dalamnya pada hari Sabtu, lalu pada hari berikutnya kita dapat mengambil dan memakannya.”

Sepakat, mereka pun berbondong-bondong menuju tepi laut pada Jumat sore, kemudian menggali kolam perangkap ikan. Pada hari Sabtu, mereka beribadah dan tak mengail ikan ke laut.

Namun, saat pasang, air laut akan menggenangi kolam secara sendirinya. Ikan-ikan pun ikut terperangkap dalam kolam tersebut. Kemudian saat air laut surut, ikan tetap berada di kolam tersebut. Keesokan hari, pada hari Ahad, para Yahudi pun mendapati kolam mereka berisi penuh ikan.

“Kita mematuhi perintah Ilahi karena kita tidak menangkapnya pada hari Sabtu, tetapi kita menangkapnya pada hari Ahad,” teriak seorang warga girang.

Melihat tingkah licik para pembangkang, beberapa warga yang terdiri dari ulama Yahudi dan orang saleh pun geram. Mereka pun menasihati para pelanggar hari Sabtu untuk bertobat dan kembali mematuhi perintah Allah.

Namun, bukan hanya ditentang oleh para pelanggar, beberapa warga yang sebelumya hanya berdiam diri pun ikut vokal menentang para Mukmin saleh. Mereka tak ikut membuat perangkap kolam, namun mereka tak senang para penasihat memberi peringatan bagi para pelanggar.

Menegaskan sikap penolakan, para ulama dan orang saleh tersebut pun bermaksud meninggalkan desa. Nasihat mereka tak lagi didengar apalagi berguna bagi para pembangkang perintah Allah.

“Kami tidak akan bermalam bersama kalian di desa, tetapi keluar meninggalkan desa dan bermalam di pinggiran desa,” ujar seorang ulama. Malam pun dilalui para hamba Allah dengan menginap di luar desa.

Hingga keesokan hari, mereka merasa janggal dengan suasana sepi desa. Tak ada keramaian ataupun aktivitas warga. Sejak pagi hari, tak satu pun warga yang keluar rumah. Mereka pun mengutus salah seorang pria untuk mengetahui apa yang tengah terjadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement