Senin 17 Dec 2012 21:01 WIB

Zainab binti Jahsy, Dua Pernikahan dari Langit (1)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: xemanhdep.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Zainab sempat menolak dinikahkan dengan Zaid bin Haritsah dengan alasan perbedaan status sosial.

Siapa yang tak kenal dengan istri Rasulullah, Khadijah atau Aisyah. Namun, tak banyak yang mengenal Zainab binti Jahsy bin Riab bin Ya’mar al-Asadiyah, dari Bani Asad bin Khuzaimah al-Mudhari.

Dia adalah perempuan terpilih untuk berada di sisi Nabi dan salah satu perempuan yang dikisahkan Allah dalam Alquran.

 

Zainab termasuk wanita yang taat dalam beragama, wara’, dermawan, dan baik. Selain itu, dia juga dikenal mulia dan cantik, serta termasuk wanita terpandang di Makkah. Nama aslinya adalah Barrah, namun Nabi Muhammad menyebutnya Zainab.

Dinyatakan dalam hadis Bukhari dan Muslim, dari Zainab binti Abu Salamah, dia berkata, “Namaku adalah Barrah, akan tetapi Rasulullah kemudian memberiku nama Zainab.”

 

Zainab memeluk Islam di Makkah dan sempat mengalami siksaan dari orang-orang kafir Quraisy. Namun, dia tetap bersabar dan mengharapkan ridha Allah, hingga akhirnya dia ikut berhijrah ke Habasyah (Ethiopia).

Bersama kaum Muslimin lainnya, Zainab kembali ke Makkah, hingga akhirnya Allah mengizinkannya untuk berhijrah ke Madinah al-Munawwarah.

 

Zainab termasuk wanita yang pertama kali berhijrah. Dia dan seluruh keluarga Jahsy hijrah dipimpin oleh Abdullah bin Jahsy dan saudaranya, Abu Ahmad bin Jahsy. Zainab pun tinggal dengan suka cita di tengah saudara sesama Muslimah dari kalangan kaum Anshar.

 

Sebelum menjadi istri Rasulullah, Zainab adalah istri dari Zaid Bin Haritsah. Zaid adalah budak Rasulullah yang sangat beliau sayangi sehingga kaum Muslimin menyebutnya sebagai orang kesayangan Rasulullah.

Zaid berasal dari keluarga Arab yang kedua orang tuanya beragama Nasrani. Ketika masih kecil, dia berpisah dengan kedua orang tuanya karena diculik, kemudian dia dibeli oleh Hakam bin Hizam untuk bibinya, Khadijah binti Khuwailid. Zaid lalu dihadiahkannya kepada Rasulullah.

 

Ketika Zaid telah memasuki usia menikah, Nabi memilihkan Zainab untuk dinikahnya. Namun, Zainab dan saudaranya, Abdullah, tidak menyetujui pernikahan itu karena status sosial mereka yang berbeda. Zainab berkata kepada Rasulullah, “Aku tidak rela akan diriku sedangkan aku adalah gadis Quraisy.”

Namun, Nabi menghendaki agar Zainab dan Abdullah mau menerima pernikahan itu. Nabi berkata kepada Zainab, “Nikahilah dia, sesungguhnya aku telah meridhainya untukmu.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement