REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tidak mudah bagi Muslim Hispanik untuk bersosialisasi secara normal dengan identitas baru. Tak heran, mereka begitu emosional dan frustasi.
Namun perlahan tapi pasti, kelompok muslim keturunan Spanyol yang tinggal di Amerika ini, mulai menemukan narasinya. Mereka tak lagi goyah. Kini, mereka begitu menikmati statusnya sebagai bagian dari umat Islam.
"Jujur, awalnya aku tidak begitu bahagia dengan kehidupan spiritual di AS. Namun, muslim lainnya mendorongku untuk datang ke masjid. Hasilnya, aku mendapatkan pengalaman yang memberikanku kekuatan," papar Marta Khajida, Presiden Asosiasi Muslim Latin Amerika (LALMA) seperti dikutip alarabiya.net, Kamis (13/12).
Khadijah mulai percaya diri dengan identitasnya sebagai latin dan muslim. "Aku mencoba untuk menjaga budaya asalku. Aku berpikir tidak mengadopsi busana Timur Tengah, dan aku banyak berdialog dengan gereja," kata dia.
Cerita itu juga dialami, Muslim Hispanik lainnya. Mark Gonzalez misalnya, ia menyadari butuh proses untuk membuat dirinya untuk bersosialisasi, menjalin komunikasi dengan muslim lainnya. "Dalam proses itu, jujur aku tidak bisa menunggu," kata dia. Kini, Gonzales tak lagi ragu untuk keliling dunia guna menyampaikan pesan perdamaian. "Aku pikir, adalah tugasku untuk menjelaskan identitasku lebih luas.
Muslim Hispanik lainnya, Wilfredo Amr Ruiz mengatakan, sebagian kalangan Hispanik menolak Islam karena citra negatif yang dipaparkan media. Sebagian lain merasa terhubung dengan Islam karena menemukan keterikatan historis. Tapi inilah yang membuat mereka unik.
Dalam beberapa tahun belakangan, meski belum diketahui validitasnya, jumlah Muslim Hispanik terus meningkat. Kantor berita Reuters menyebut populasi Muslim Hispanik mencapai 2.6 juta jiwa. Angka ini membuat Islam menjadi agama dengan pertumbuhan tercepat di kalangan Hispanik.