REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sulitnya mendapatkan pekerjaan di Inggris membuat beberapa wanita dari kaum minoritas melakukan segalanya. Beberapa dari mereka mengubah namanya menjadi lebih Inggris, bahkan beberapa rela melepas kerudungnya.
Penelitian yang dilakukan oleh parlemen di Inggris menyebutkan, angka pengangguran wanita kaum minoritas masih tinggi selama tiga dekade terakhir. Diskriminasi dan kecurigaan adalah alasan utama dari tingginya pengangguran tersebut.
Hasil penelitan menyebutkan 20,5 persen pengangguran adalah wanita Pakistan dan Bangladesh. Sedangkan prosentase wanita berkulit hitam yang masih menganggur adalah 17,7 persen. Angka tersebut jauh melampaui jumah pengangguran dari kaum wanita berkulit putih, yakni 6,8 persen.
"Mengejutkan sekali di abad 21 ini beberapa wanita di Inggris merasa harus membuka kerudung atau mengganti namanya hanya untuk mencari kerja," ujar salah satu anggota parlemen Inggris, David Lammy, Jumat (7/12) seperti yang dikutip dari the guardian.
Ia menambahkan, wanita yang menjadi korban rasisme dan seksisme ketika mencari pekerjaan bukanlah masalah sepele. "Ini berdampak besar terhadap keluarga dan masyarakat," ujar dia.
"Cara paling baik untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan memberdayakan wanita. Ini saatnya pemerintah memprioritaskan masalah diskriminasi," kata dia.