REPUBLIKA.CO.ID, Keadaan dan penyiksaan terhadap Rasulullah tersebut terjadi beberapa lama hingga Allah mengabulkan sabda Rasulullah ketika Uqbah memutuskan untuk mengkhianati keislamannya.
Dalam riwayat yang lain, disebutkan bahwa ludah Uqbah yang dilontarkan ke wajah Nabi itu kembali ke wajahnya sendiri dan kemudian membakar pipinya. Luka bakar pipinya itu tak pernah sembuh sampai dibawa ke liang kuburnya.
Allah pun menurunkan Surah al-Furqan ayat 28-29. “Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Alquran ketika Alquran itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.”
Setelah itu, Uqbah kembali menjadi dirinya yang dulu. Bersama Abu Jahal dan tokoh Quraisy lainnya dia melakukan sejumlah tindakan yang keji kepada Rasulullah.
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa Uqbah bin Abu Mu’ith pernah mencampakkan kotoran unta dan isi perut domba yang baru disembelih ke tubuh Rasulullah yang sedang sujud di Baitullah. Beliau pun terus sujud hingga putrinya Fatimah datang membuang kotoran itu sambil menangisi nasib yang menimpa bapaknya.
Uqbah bin Abi Mu’ith juga pernah mencekik leher dan menginjak pundak Rasulullah. Perlakuan kasar kaum Quraisy semakin bertambah setelah paman Nabi Abu Thalib dan isterinya Khadijah meninggal dunia pada tahun ke-10 kerasulan.
Karenanya, Nabi kemudian hijrah ke wilayah Thaif. Namun ternyata, di sini juga beliau tidak diterima. Malah, penduduk setempat menyuruh anak-anaknya untuk melemparinya dengan batu.
Keadaan dan penyiksaan terhadap Rasulullah tersebut terjadi beberapa lama hingga Allah mengabulkan sabda Rasulullah ketika Uqbah memutuskan untuk mengkhianati keislamannya. Kesempatan itu datang saat Perang Badar yang diikuti oleh Uqbah bin Abu Mu’uth. Dalam peperangan yang dimenangkan kaum Muslimin itu Uqbah tertawan.
Uqbah melupakan harga dirinya dan menangis sejadi-jadinya. Ia menyesal atas perlakuannya yang lebih memilih kawannya yang musyrik daripada kawan yang sebenarnya. “Jangan bunuh saya, siapa yang akan menjaga anak-anak saya ya Nabi Allah?” katanya sambil merengek. Dia terus memohon. Dalam kondisi tangan terbelenggu akhirnya leher Uqbah dipancung.