Kamis 22 Nov 2012 14:27 WIB

Madrasah, Gemilang dengan Prestasi (3)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Siswa madrasah (ilustrasi).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Siswa madrasah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Kesempatan berprestasi tak hanya dimiliki oleh madrasah negeri, tetapi juga madrasah swasta.

Menengok lokasinya, Madrasah Tsanawiyah Bustamul Umum nan jauh di pelosok, desa terpencil di Waru, Pamekasan Madura.

Namun, prestasinya luar biasa. Jajaran medali dari ajang bergengsi, mulai tingkat lokal, provinsi, nasional, hingga internasional, berhasil diraih madrasah setingkat SMP ini.

Olimpiade yang diselenggarakan Kemenag tingkat lokal beberapa waktu lalu, dari 21 piala yang disediakan, 15 piala diboyong madrasah ini.

Tingkat internasional, pada 2011, tiga siswa MTs Bustanul Ulum meraih tiga medali di olimpiade matematika di Beijing. Prestasi serupa diraih di olimpiade matematika di India.

Pada 2012, Tsanawiyah Bustanul Ulum sedang mempersiapkan para siswanya untuk tampil di beberapa olimpiade. Di antaranya, perlombaan olimpiade matematika di India pada Desember nanti. Ajang ini diikuti oleh 43 negara.

Kesuksesan itu, kata Kepala Sekolah MTs Bustanul Ulum, Nu’man Affandi, karena keberanian merumuskan kurikulum internal tanpa mengurangi standar minimum yang telah ditentukan. Sistem yang digunakan meniru pola aliyah.

Artinya, meski masih setingkat MTs, para siswa sudah dijuruskan sesuai dengan minat dan kemampuannya. “Kita membagi menjadi empat kelas, yaitu kelas matematika, IPA, bahasa, dan komputer,” ujarnya.

Jam pelajaran masing-masing kekhususan itu ditambah lebih banyak dari biasanya. Seperti, matematika di sekolah umum seminggu empat sampai enam jam, di Bustanul Ulum menjadi 12 jam. Demikian juga dengan kelas IPA, bahasa, dan komputer.

Jumlah gurunya ada 42 orang. Tapi, guru kelas tujuh tidak boleh mengajar kelas delapan maupun sembilan. “Tujuannya agar guru persiapan mengajarnya matang dan maksimal mengajarnya,” kata Nu’man.

Sekolah ini diciptakan senyaman mungkin. Karena kalau sudah nyaman, anak-anak betah sehingga mudah belajar dan meraih kesuksesan. Keberhasilan itu menjadi kebanggaan para siswa, sekolah, daerah, dan orang tuanya.

Apalagi, kata Nu’man, kebanyak an siswa di sini orang tuanya adalah tenaga kerja di luar negeri. Maka itu, mereka sengaja menitipkan di pondok. Ada juga anak-anak yatim dan kurang mampu. Tapi, mereka di sini berhasil dan bisa membanggakan orang tuanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement