REPUBLIKA.CO.ID, Pesantren potensial mengembangkan koperasi.
Selain memiliki anggota dan konsumen jelas, perputaran uang koperasi di pesantren sangat bagus. Bahkan, keuntungan yang diperoleh di sejumlah pesanten cukup besar.
Pimpinan Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur, KH Mahmud Ali Zain, mengatakan, sejak dikembangkan pada 1961, usaha yang dikelolanya sampai saat ini bisa menghasilkan keuntungan hingga miliaran rupiah.
Ia menjelaskan, ada lembaga yang ditangani, yaitu lima produksi, dua sosial, dan dua lagi meliputi antara sosial dan keuntungan.
Kelima produksi yang dikembangkan Ponpes Sidogiri meliputi 44 koperasi pesantren, 33 di antaranya berupa mini market yang tersebar di pasar dan masyarakat. Kedua, Baitul Mal wa Tamwil Maslahah Mursalah lil Ummah (BMT MMU), yaitu simpan pinjam syariah yang sudah berusia 13 tahun.
Ketiga, Baitul Mal wa Tamwil Usaha Gabungan Terpadu (BMT UGT), lalu Koperasi Agro, dan BPR syariah. Dari lima produksi tersebut, yang berkembang pesat adalah kopontren, BMT MMU, dan BMT UGT.
BMT UGT menyebar di pasar-pasar dengan aset Rp 400 miliar. Pada 2011, omzetnya koperasi mencapai Rp 1,8 triliun dari 136 cabang yang menyebar di enam provinsi.
Simpanan hasil usaha yang diberikan kepada anggota 19,04 persen dari simpanan atau tiga kali lipat dari bunga deposito bank konvensional. “Makanya, banyak pedagang-pedagang pasar yang tertarik menyimpan dananya di sini,” kata Mahmud Ali.