Selasa 20 Nov 2012 17:15 WIB

Kopontren, Menggarap Sektor Riil (3-habis)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Koperasi Pondok Pesantren (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Koperasi Pondok Pesantren (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Tak jauh beda, upaya yang sama juga dilakukan oleh Pondok Pesantren Nurul Mursyidah, Karang Tanjung, Pandeglang, Banten.

Pimpinan Nurul Mursyidah KH E Suherman mengatakan, embrio pesantren itu ialah panti asuhan anak-anak yatim dan dhuafa.

Awal 1990-an berubah menjadi pondok pesantren mulai dari tingkat SD, lalu didirikan SMP, SMA, SMK, dan awal 2000 didirikan universitas.

Selama menjalankan pondok pesantren, tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk menutupi biaya tersebut, pimpinan Pondok Pesantren Nurul Mursyidah KH E Suherman mengembangkan usaha di sektor pertanian, per ikanan, dan perkebunan.

“Latar belakang panti asuhan sehingga anakanaknya ini semangat ingin mencari ilmu dan keterampilan sebagai bekal setelah lulus. Jadi, usaha-usaha ini dari santri untuk santri,” ujar Suherman.

Di bidang perkebunan, tanaman yang dikembangkan yaitu cabe, bawang, timun suri, kacang-kacangan. Sektor pertaniannya yaitu padi dan perikanannya yaitu ikan lele, nila, serta emas.

Usaha perkebunan, kata Suherman, tidak membutuhkan tenaga besar, tetapi produktivitas dan hasilnya luar biasanya. Dalam setahun bisa tiga kali panen sayuran yang ditanam di atas tanah lima hektare.

Sekali panen bisa menghasilkan berton-ton bawang per hektarenya. Kalau dengan nominal satu hektare bisa menghasilkan Rp 120 juta. Perikanan lele termasuk andalan dari pesantren yang sering menjadi proyek percontohan ormas Islam ini. Lebih dari Rp 20 juta keuntungan yang dihasilkan dari lele.

Belum lagi ikan nila dan emas yang laris manis pada bulan-bulan tertentu. Kalau Muharram dan Rajab banyak masyarakat yang membeli langsung ke sini untuk disedekahkan kepada dhuafa. Maka, pada bulan-bulan itu merupakan bulan dengan keuntungan besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement